ALFIJAK – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyikapi prediksi ancaman resesi global pada 2023. Pemerintah RI juga telah memberikan sinyal soal ancaman ketidakpastian perekonomian dunia pada tahun depan tersebut.
Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengemukakan, sekarang ini kalangan pelaku usaha termasuk disektor logistik sedang mencermati fenomena ancaman krisis global tersebut.
Bahkan, pelaku logistik di Indonesia juga mulai merasakan sinyal itu lantaran kegiatan perdagangan dunia yang mulai lesu dan biaya kontainer yang kembali pada titik semula. Apalagi, penurunan aktivitas ekspor-impor sudah mulai dirasakan sejak dua bulan lalu.
Oleh sebab itu, kata dia, guna mempertahankan kinerja sektor logistik perlu strategi yang jitu dengan memperhatikan indikator-indikator perekonomian global akibat ancaman resesi itu.
“Apalagi, peringatan Pemerintah RI soal ancaman resesi global juga cukup beralasan, yang mengingatkan bahwa resesi global ditandai dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, melandainya permintaan dari negara maju, melemahnya harga komoditas, dan terjadinya arus pembalikan modal atau capital reserval,” ujar Yukki.
Untuk itu, imbuhnya, ALFI tidak bosan-bosan mengingatkan kepada teman-teman pelaku logistik agar lebih bijak menyikapinya supaya bisa lebih siap dalam mengantisipasi jika kondisi ketidakpastian ekonomi akibat resesi global itu terjadi. Sebab semua negara termasuk Indonesia pastinya terimbas jika resesi sudah melanda dunia.
Karenanya, ujar Yukki, perlu menciptakan optimisme para pelaku logistik dengan harapan kondisi akan berangsur membaik dimasa-masa mendatang.
“Sama halnya saat Pandemi Covid-19 berlangsung, sektor logistik menjadi salah satu sektor yang optimis mampu bertahan, bahkan sebagian diantaranya malah tumbuh,” ucapnya.
Yukki mengingatkan perlunya menjaga optimisme tersebut. Sebab dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5,3%, maka konsumsi masyarakat juga perlu di jaga. Sementara investasi didorong tetap tumbuh yang pada akhirnya mampu meningkatkan lapangan pekerjaan.
“Selain itu jika dibandingkan banyak negara lainnya, kondisi realisasi investasi dan inflasi Indonesia masih jauh lebih baik (5,8%), dan dasar Inilah yang membuat kita tetap optimistis walau perlu kehatian-hatian menghadapi ekonomi tahun depan. Makanya, kita perlu kerja keras dengan seluruh potensi yang ada saat ini agar bisa meminimalisir imbas ancaman krisis global. Dan ingat, jangan panik,” jelas Yukki.
Freight Normal
Yukki mengungkapkan, saat pandemi Covid 19, kontainer sempat langka, dan dimasa itu memang dirasakan ketersediaan space kapal dan kontainer cukup sulit. Namun, pasca pandemi ketersediaan kontainer dan space kapal berangsur membaik, bahkan freight saat ini hampir mencapai level sebelum pandemi.
Akan tetapi, ujarnya, perlu dicurigai bahwa kondisi harga freight sekarang ini akibat faktor makro di level dunia yang disebabkan pertumbuhan ekonomi global akibat geopolitik di Europe yang ternyata berdampak dan mempengaruhi secara masif trend ekonomi di semester ke 2 tahun 2022 dan proyeksi tahun 2023.
Yukki yang juga menjabat Chairman Asean Federation of Forwarders Association (AFFA),menjabarkan bahwa kondisi ekonomi akan sangat mempengaruhi pergerakan barang dan pada akhirnya berimbas pada freight dan keseimbangan ketersediaan kontainer. Apalagi berdasarkan info terakhir, beberapa shipping line besar sudah mulai mengurangi kapal mereka di Asia akibat turunnya volume pergerakan barang dan harga freight.
“Namun saat ini harga freight sudah kembali normal dan hal itu sesuai perkiraan dari sejak enam bulan lalu dan penurunan sudah dirasakan sejak dua bulan terakhir ini. Tetapi perlu dicatat bahwa penurunan freight itu bukan saja di sea freight tetapi juga di air freight,” jelas Yukki.(*)