Konggres AFFA : Peran Industri Logistik Didorong ke Kancah Global

JAKARTA (Alfijak) – ASEAN Federation of Forwarders Association (AFFA) telah melakukan konggres/general mreting ke 30 yang berlangsung pada 16 Desember 2020.

Konggres yang digelar secara virtual itu mengacu kepada peraturan organisasi, meskipun di tengah kondisi pandemi virus Corona (Covid-19) saat ini.

Pada kesempatan tersebut, s<span;>emua negara anggota yang hadir mengikuti konggres menyetujui untuk bersama-sama memainkan peran yang lebih besar pada industri logistik di kancah regional dan global untuk memastikan pemulihan ekonomi setelah terdampak covid-19.

Untuk memastikan rencana tersebut berjalan dengan baik, semua anggota AFFA sepakat untuk memilih kembali Yukki Nugrahawan Hanafi dari Indonesia untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan/Chairman AFFA untuk yang ketiga kalinya.

Semua anggota berpendapat, peran AFFA
<span;>selama 4 tahun terakhir sangatlah signifikan di dalam pengembangan industri logistik termasuk di dalam mendukung pergerakan ekonomi selama masa pandemic Covid-19.

Covid-19 sangat berpengaruh terhadap kegiatan logistik. Arus barang masuk dan keluar sangatlah besar. Artinya kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan industri secara keseluruhan. Apabila ada penurunan atau kenaikan aktivitas industri, maka kegiatan logistik juga akan sangat terpengaruh” kata Yukki. melalui keterangan pers-nya pada Rabu (30/12/2020).

Adopsi STC

Pada konggres itu, semua anggota AFFA juga menyepakati untuk mengadopsi STC (Standard Trading Condition) AFFA sebagai acuan standar di dalam melakukan bisnis logistik dan transportasi di regional ASEAN.

Dengan mengadopsi ketentuan ini, kata Yukki, semua anggota memiliki keseragaman aturan, tanggung jawab dan kewajibannya di dalam melakukan bisnis logistik dan multimoda untuk mendukung Konektivitas ASEAN 2025.

Kongress ini juga membahas peran nyata anggota AFFA di setiap negara di dalam mendukung pemerintah masing-masing di dalam menangani Covid-19, dalam hal ini mereka berperan langsung di dalam mengurus keluar masuk barang bantuan Covid-19 dan yang terbaru di dalam kegiatan distribusi vaksin Covid-19.

Tim kerja AFFA juga melaporkan perkembangan fasilitasi perdagangan antar negara ASEAN serta melaporkan kegiatan pengembangan kompetensi sumber daya manusia di sektor logistik melalui AFFA Logistics Institute dengan program pendidikan dan pelatihan vokasional.

Yukki mengatakan, persoalan kelangkaan kontainer juga menjadi topik hangat di dalam pertemuan AGM ke 30, di mana hal ini di alami negara-negara di Asia termasuk di kawasan ASEAN yang notabene disebabkan adanya penurunan perdagangan global yang disebabkan Covid-19, termasuk adanya pengaruh turunnya volume ekspor dari Amerika Serikat.

“Kondisi itu mengakibatkan perusahaan pelayaran banyak melakukan langkah antisipasi seperti menunda pelayaran dan bahkan mengurangi jadwalnya,” ujar Yukki.

Yukki yang juga sebagai Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) itu juga menegaskan, permasalahan ini menjadi lebih kompleks karena volume antara impor dan ekspor Amerika Serikat tidak seimbang, sehingga mengakibatkan kontainer eks impor berhenti atau menumpuk di negara tersebut dan terjadilah kelangkaan kontainer di kawasan lainnya.

“Bagaimanapun, di balik banyaknya permasalahan dan tantangan yang terjadi selama massa pandemi Covid-19 ini, kita bisa mengambil banyak pelajaran dan menjadikannya sebagai motivasi, khususnya bagi pelaku logistik di dalam menghadapi tahun mendatang” ucap Yukki.(red)

Catatan Akhir Tahun Sektor Logistik : Merajut Asa di Tengah Pandemi

Selama dekade 10 tahun terakhir (2008 s/d 2019), gejolak ekonomi dunia pada umumnya bersumber dari sektor keuangan, energi maupun perdagangan. Tetapi, gejolak ataupun krisis-krisis itu tidak begitu nyata menekan sisi permintaan dan penawaran (demand and supply).

Namun, dipenghujung 2019 atau memasuki awal 2020, hampir seluruh negara di dunia tersentak karena berhadapan dengan wabah corona virus (Covid-19), dimana gejolak ini bersumber dari sektor kesehatan dan melumpuhkan perekonomian karena menekan kinerja sisi demand and supply.

“Kondisi tersebut mengkhawatirkan karena perekonomian dunia belum berpengalaman menangani Covid-19,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki N Hanafi.

Dia mengutarakan, ditengah persoalan kedaruratan kesehatan yang disebabkan Covid-19 tersebut, sejumlah negara di dunia termasuk Indonesia kini tetap mencanangkan optimisme dengan komitmen menerapkan protokol kesehatan agar perekonomian akan kembali membaik dimasa-masa mendatang.

Bahkan, pihak dana moneter internasional (International Monetery Fund/IMF) melalui Worl Economic Outloook- nya pada medio Oktober 2020 telah merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dari sebelumnya -5,5% menjadi -4,4% karena perjalanan perekonomian di tahun depan masih agak rumit (a long and difficult accent).

Sementara itu, kinerja ekonomi dunia pada tahun 2020, hanya Cina yang tumbuh positif sementara 5 negara Asean (Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Indonesia) masih negatif.

“Oleh karenanya kita harus optimistis dan berusaha sekuat tenaga secara bersama-sama agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia mampu kembali bangkit pada tahun 2021,” ujar Yukki.

Anatomi Resesi

Yukki yang juga menjabat Chairman Asean Federation of Forwarders Association (AFFA) itu menjabarkan, bahwa secara teori, anatomi resesi yang diakibatkan Pandemi Covod-19 sangatlah berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya karena dampak yang ditimbulkan juga berbeda terutama terhadap sektor manufaktur.

Sementara itu, dari sisi keuangan perbankan, dana pihak ketiga di perbankan (BUMN dan Swasta) meningkat tajam, sementara kredit menurun. Hal ini menunjukkan kecenderungan berinvestasi menurun.

Kendati begitu, imbuhnya, tidak semua sektor mengalami penurunan akibat Pandemi Covid-19 di tahun 2020 itu. Adapun sektor yang justru mengalami pertumbuhan seperti sektor informasi dan tehnologi (IT), komunikasi, kesehatan dan pertanian. Bahkan sejak Agustus 2020, sektor-sektor tersebut justru alami pertumbuhan signifikan meskipun pada bulan-bulan sebelumnya sempat menghadapi tekanan imbas Covid-19.

“Imbas Covid-19 juga telah memengaruhi perilaku industri logistik dimana bacward and forward linkage sektor logistik kepada industri sangat kuat. Ini artinya, jika ada penurunan atau kenaikan aktivitas industri, maka aktivitas logistik akan mengalami penurunan atau kenaikan yang lebih besar,” ucap Yukki.

Daya Saing & Isue Strategis

Pada pertengahan Oktober 2020, telah ditandatangani Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) oleh 15 negara yang terdiri dari 10 negqra Asean ditambah Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.

RCEP juga menyampaikan ukuran-ukuran ekonomi dari fakta ke 15 negara tersebut, antara lain; merepresentasikan 29,6% populasi dunia, 27,4% perdagangan dunia dan 30,2% PDB dunia serta 29,8% FDI dunia.

Dikatakan Yukki, hal tersebut menunjukkan market size yang sangat besar, termasuk oppurtunity yang juga besar, sehingga isue-isue mengenai daya saing menjadi keniscayaan.

Sementara itu, memasuki kwartal terakhir di tahun 2020, pebisnis logistik dan stakeholders dikejutkan dengan persoalan international shipment yang dipicu masalah kelangkaan peti kemas/kontainer.

Padahal selama ini, imbuhnya, international shipment sangat dipengaruhi oleh perdagangan dari dan ke USA. Sementara disisi lain, angkutan intra Asia dianggap kurang menguntungkan (shallow margin) sehingga secara urutan daya tarik angkutan adalah menuju USA, Eropa, baru kemudian Intra Asia.

Kelangkaan peti kemas juga dialami sejumlah negara di Asia termasuk Indonesia yang disebabkan (salah satunya) akibat faktor menurunnya perdagangan global termasuk aktivitas ekspor USA mengakibatkan industri shipping global merasionalisasi biaya dengan melakukan pending shipment/omission.

Yukki memaparkan, persoalan tersebut semakin rumit, tatkala importasi oleh USA yang tidak diimbangi dengan kegiatan ekspornya, sehingga mengakibatkan peti kemas eks-impor tertahan di negara itu dan terjadi kelangkaan peti kemas secara global, termasul di Indonesia.

Disisi lain, wacana intervensi pemerintah untuk mengatasi masalah kelangkaan peti kemas tersebut kurang efektif apabila menggunakan insentif karena memerlukan biaya besar.

“Pasalnya, kondisi semacam ini secara alami akan normal lagi pada saat perdagangan duna sudah pulih kembali sesuai mekanisme pasar,” kata Yukki.

Dia juga mengungkapkan, mahalnya angkutan untuk international shipment atau incompetitiveness angkutan dari dan ke Indonesia, cenderung dipengaruhi perilaku industri dan perdagangan Indonesia, dimana importasinya adalah heavy cargo yang menggunakan peti kemas berukuran 20 feet, sementara untuk ekspor umumnya menggunakan peti kemas 40 feet seperti pada pengapalan komoditi alas kaki, elektronik dan furniture.

Sehingga setiap kali kegiatan impor harua merepo peti kemas 20 feet dan untuk keperluan ekspor harus mendatangkan peti kemas kosong 40 feet yang semuanya diperhitungkan dalam tatif angkut atau freight.

“Namun, dibalik semua tantangan dan persoalan yang telah sama-sama kita hadapi di sepanjang tahun 2020, dapat diambil hikmahnya sebagai modal motivasi pelaku usaha khususnya disektor logistik dalam melangkah pada tahun depan,” ucapnya.(red)

Patimban Mulai Beroperasi Layani Ekspor, ALFI Sampaikan Apresiasi

SUBANG – Pelabuhan Patimban resmi beroperasi dan langsung melayani kegiatan ekspor perdana produk otomotif sebanyak 140 unit kendaraan.

Presiden RI Joko Widodo hadir secara virtual dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hadir langsung di Pelabuhan Patimban menyaksikan dilakukannya Soft Launching dan Pengoperasian Perdana Pelabuhan Internasional Patimban, Subang, Jawa Barat, Minggu (20/12/2020).

Dalam soft launching tersebut, Presiden dan Menhub turut menyaksikan proses pengangkutan 140 unit kendaraan merek Toyota, Daihatsu, dan Suzuki ke dalam Kapal MV. Suzuka Express milik PT Toyofuji Shipping Co.,Ltd, yang akan diekspor menuju Brunei Darussalam.

“Di tengah pandemi, salah satu proyek strategis nasional, Pelabuhan Patimban fase pertama telah kita selesaikan. Alhamdulillah,” demikian disampaikan Presiden Joko Widodo.

Presiden mengatakan, Pelabuhan Patimban memiliki peran yang strategis dalam pertumbuhan perekonomian di wilayah Jawa Barat dan juga secara nasional.

“Dengan lokasinya yang strategis dekat dengan Bandara Internasional Kertajati dan kawasan industri di Bekasi, Karawang, serta Purwakarta. Saya yakin Pelabuhan Patimban akan menjadi kunci penghubung antar kawasan industri, manufaktur, dan sentra-sentra pertanian, serta menopang percepatan ekspor,” ungkap Presiden.

Presiden berharap, Pelabuhan Patimban juga mendukung ekspor produk-produk lainnya yang menggerakkan ekonomi seperti UMKM, sektor pertanian, industri kreatif,dan lain-lain sehingga produk lokal mampu bersaing di pasar global.

Sementara itu Menhub mengatakan, Pelabuhan Patimban merupakan pelabuhan utama yang dibangun dengan salah satu pertimbangan utama untuk mengurangi biaya logistik dan memperlancar arus barang, serta mengurangi beban kendaraan barang di jalan raya khususnya di wilayah Jabodetabek.

“Pelabuhan Patimban yang disinergikan dengan Pelabuhan Tanjung Priok diharapkan dapat mengefisiensikan waktu dan biaya logistik. Khususnya untuk menekan biaya logistik nasional dan meningkatkan efisiensi biaya ekspor produk Indonesia ke luar negeri, salah satunya produk otomotif,” tutur Menhub Budi.

Dalam proses membangun Pelabuhan, selain fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur Pelabuhan Patimban, Kemenhub juga memperhatikan aspek ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar dengan melakukan aksi sosial dan secara aktif memberikan pelatihan seperti pelatihan kewirausahaan, pelatihan pemberdayaan masyarakat, serta pemberian program keahlian bagi para Nelayan sekitar.

“Untuk para nelayan, kami juga bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan akan memberikan bantuan kapal-kapal yang disalurkan melalui koperasi,” ungkap Menhub.

Turut hadir dalam kegiatan soft launching itu antara lain; Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Agus H. Purnomo, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, dan stakeholder terkait lainnya.

Respon ALFI

Kehadiran pelabuhan Patimban juga direspon positif oleh kalangan pelaku usaha logistik.

Menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, dengan telah beroperasinya pelabuhan Patimban dapat mendokung pertumbuhan aktivitas logistik dan ekonomi nasional.

Sebelumnya, dia menyebutkan pelabuhan Patimban diharapkan menjadi layanan rantai pasokan terintegrasi pertama atau the first integrated supply chain port di Indonesia, bukan saja dari sisi pelabuhannya tetapi dari operatornya.

“Dengan dukungan area dari sisi daratnya seluas sekitar 360 Ha, Pelabuhan Patimban bakal memberikan manfaat lebih bagi perusahaan/pengguna jasanya.Hal itu lantaran pada area tersebut akan menjadi kawasan logistic centre dan bisa menjadi areal terbuka untuk layanan kontainer termasuk membantu pelayanan bongkar muat kendaraan/car terminal-nya itu sendiri,” ujar Yukki, yang juga menjabat chairman Asean Federation of Forwarders Association (AFFA) itu.

Dikatakan Yukki, setidaknya terdapat empat keunggulan pelabuhan Patimban yang berlokasi di Kabupaten Subang Jawa Barat itu.

Pertama, dapat sebagai fasilitas distribusi barang bukan saja untuk lingkup nasional tetapi juga berorientasi ekspor.

Kedua, Patimban secara kawasan sangat terintegrasi, mengingat hinterland atau daerah industri pendukungnya sudah mumpuni, apalagi jika akses tol langsung ke Patimban bisa direalisasikan pada akhir 2023.

Ketiga, Pelabuhan Patimban dapat berkolaborasi dengan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, mengingat 60% kegiatan ekspor yang melalui Tanjung Priok saat ini adalah dari hinterland Jawa barat dan sekitarnya.

Keempat, dengan beroperasinya Patimban, merupakan angin segar dalam upaya mengurai kemacetan di Ibukota Jakarta yang selama ini terimbas atas aktivitas truk logistik dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok

Tiga Tahapan

Secara keseluruhan, Pembangunan Pelabuhan Patimban dilakukan dalam tiga tahap. Saat ini telah diselesaikan pembangunan tahap 1 fase 1, yaitu meliputi pembangunan area terminal, pembangunan Breakwater, Seawall, dan Revetment, pembangunan Back Up Area, jalan akses, dan jembatan penghubung dengan Terminal Kendaraan seluas 25 Ha dengan kapasitas kumulatif sebesar 218.000 CBU, Terminal Peti Kemas seluas 35 Ha dengan kapasitas kumulatif sebesar 250.000 TEUs untuk tahap I secara keseluruhan.

Selanjutnya, untuk tahap 1 fase 2 akan dikerjakan pada tahun 2021-2024 dengan pekerjaan Terminal Peti Kemas seluas 66 Ha dengan kapasitas kumulatif sebesar 3,75jt TEUs, Terminal Kendaraan dengan kapasitas kumulatif sebesar 600.000 CBU, dan Roro Terminal seluas 200 m2.

Kemudian untuk tahap 2 akan dilaksanakan pada tahun 2024-2025 pekerjaan Terminal Peti Kemas dengan kapasitas kumulatif sebesar 5,5jt TEUs. Sedangkan tahap 3 akan dilaksanakan pada tahun 2026-2027 dengan pekerjaan Terminal Peti Kemas dengan kapasitas kumulatif sebesar 7,5jt TEUs.(red)

Menhub Pantau Uji Coba Kegiatan Bongkar Muat di Pelabuhan Patimban

ALFIJAK – Jelang soft launching pengoperasian Pelabuhan Patimban, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengecek kesiapan operasional Pelabuhan dengan meninjau langsung uji coba bongkar muat yang dilaksanakan di Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Kamis (3/12/2020).

Menhub Budi Karya menyampaikan, uji coba berjalan dengan lancar dan Pelabuhan Patimban sudah siap untuk dilakukan soft launching pada minggu ke-2 atau ke-3 Desember 2020.

“Seperti kita lihat tadi, uji coba bongkar muat barang di Patimban ini bisa dilakukan dengan baik. Kapal bisa sandar, artinya dermaga sudah siap. Kedalaman kolam air sudah baik, alur dari luar ke sini sudah baik, jalan dari pabrik ke sini sudah bagus dan para stakeholder sudah melakukan koordinasi dengan baik. Pelabuhan Patimban Patimban siap untuk beroperasi secara terbatas,” jelas Menhub.

Kegiatan Uji coba Pelaksanaan Bongkar Muat Barang dan Penyandaraan Kapal dilakukan menggunakan kapal MV Ostina yang akan menuju Pelabuhan Belawan Medan. Pada saat uji coba, dilakukan pengangkutan sebanyak 22 unit mobil dari Car Terminal ke dalam kapal.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan kelanjutan dari acara Table Top Exercise yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 November 2020. Uji coba bertujuan mengecek komunikasi dan koordinasi antar stakeholder terkait telah siap untuk mendukung kegiatan operasional terbatas dan soft opening Pelabuhan Patimban sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan.

Terkait dengan pengelolaan Pelabuhan Patimban pada masa pengoperasian secara terbatas, Menhub mengatakan Pengelolaan Pelabuhan akan dilakukan oleh Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Patimban yang akan di bantu oleh tenaga ahli profesional di bidang kepelabuhanan. Sehingga kompetensi yang diberikan akan sama baiknya dengan yang dilakukan di Tanjung Priok.

Menhub berharap agar para stakeholder dan SDM di Kemenhub dan Instansi terkait lainnya siap untuk berpartisipasi dalam pengelolaan pelabuhan ini. sehingga kesiapan dalam pengoperasian Pelabuhan Patimban dapat segera direalisasikan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional khususnya di wilayah Jawa Barat.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemda Provinsi Jawa Barat, Kapolda Pangdam, TNI Angkatan Laut, kontraktor, dan semua stakeholder. Yang paling penting adalah apa yang kita lakukan ini sebagai motor penggerak pergerakan kemajuan ekonomi Indonesia. Kita memang pandemi, tapi kita pastikan bahwa apa yang kita bangun kita persiapkan dengan baik dan diselesaikan sesuai dengan waktunya. Yang lebih penting lagi ini bermanfaat untuk masyarakat,” tambahnya.

Sementara Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat sedang giat membuat segitiga perkembangan ekonomi dengan nama metropolitan Rebana yang sudah masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang Jawa Barat.

Harapannya dengan adanya sejumlah infrastruktur transportasi seperti : Bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban, dan dibantu dengan sarana-sarana yang lain, maka Jawa Barat akan memiliki pusat ekonomi baru yang ketiga setelah Bandung Raya dan Bodebek.

“Karena kami yakin dengan adanya Patimban, akan memberikan banyak manfaat buat masyarakat. Sekarang rumah-rumah di sekitar Patimban sudah bagus-bagus. Ini efek domino yang diharapkan oleh kami Pemerintah Provinsi Jawa Barat,” ucapnya.

Pelabuhan Patimban merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Pelabuhan ini akan menjadi Pelabuhan Utama yang tujuan utamanya mengurangi biaya logistik dan memperlancar arus barang, serta mengurangi beban kendaraan barang di jalan raya yang seringkali menimbulkan kemacetan dan mempercepat kerusakan jalan, dan tentunya memperkuat ketahanan ekonomi.

Pelabuhan Patimban dititikberatkan sebagai pelabuhan yang melayani kegiatan ekspor impor dan domestik untuk kargo kendaraan dan kontainer. Pembangunan Pelabuhan Patimban merupakan proyek berskala panjang yang dimulai pada Tahun 2018 dan direncanakan selesai Tahun 2027.

Saat ini sedang dalam Pembangunan Tahap Pertama yang meliputi pembangunan area terminal, pembangunan Breakwater, Seawall, dan Revetment, pembangunan jembatan penghubung, Back Up Area, dan jalan akses, dengan kapasitas car terminal sebesar 218.000 CBU dari total kapasitas kumulatif 600.000 CBU dan kapasitas container terminal sebesar 250.000 TEUs dari total kapasitas kumulatif 3,75 Juta TEUs untuk tahap I secara keseluruhan.

Prospek ke depan pembangunan Pelabuhan Patimban dapat menjadi Pelabuhan berskala Internasional yang mampu melayani dan menyediakan Terminal Peti Kemas dengan Kapasitas 7,5juta TEUs dan terminal kendaraan dengan kapasitas kumulatif 600.000 CBU yang didukung akses Tol dan jalur Kereta Api langsung menuju Pelabuhan Patimban dan diharapkan dapat mendukung pemerataan ekonomi di wilayah Provinsi Jawa Barat yang tercakup dalam kawasan segitiga Rebana.

Di samping itu, kehadiran Pelabuhan Patimban yang disinergikan dengan Pelabuhan Tanjung Priok diharapkan dapat mengefisiensikan waktu dan biaya logistik. Khususnya untuk menekan biaya logistik nasional dan meningkatkan efisiensi biaya ekspor produk Indonesia ke luar negeri, seperti produk otomotif. Pelabuhan Patimban yang terkoneksi dengan jalan tol juga diharapkan dapat mengangkat potensi pembangunan 10 kawasan industri prioritas di sepanjang Koridor Utara Jawa.

Turut hadir dalam uji coba ini Direktur Jenderal Perhubungan Laut R. Agus Purnomo, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi, dan jajaran dari stakeholder terkait lainnya seperti : Kemenkomarvest, Kemen PUPR, TNI, Polri, PT PP, PT Hutama Karya, dan PT Adhi Karya.(rd)