Kebutuhan truk logistik di Priok semakin besar

UD Trucks melakukan seremoni menyerahkan unit Quester GWE 280 sebanyak 55 unit kepada PT Kaluku Maritima Utama di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (26/10) lalu.

JAKARTA (alfijak): Valery Muyard, Presiden Direktur UD Trucks Indonesia menuturkan pihaknya melihat kebutuhan logistik melalui pelabuhan ini sangat besar, terlebih dengan desain New Priok yang dibangun membuat potensi pasar logistik semakin ramai.

“Sudah jelas bahwa kebutuhan sarana angkutan akan semakin meningkat, dan potensi inilah yang diambil oleh partner kami, PT Kaluku Maritima Utama,” jelas Valery, dalam keterangan resminya, Sabtu (28/10) lalu.

Sebagai informasi, dibangunnya pelabuhan-pelabuhan besar akan menjadi salah satu magnet singgahnya kapal-kapal raksasa di Indonesia.

Salah satunya Pelabuhan Kalibaru atau yang lebih dikenal dengan New Priok yang diperuntukkan untuk jalur pelayaran dengan kedalaman 20 meter, sehingga bisa menampung kapal bermuatan hingga 18.000 TEUs.

Pelabuhan tersebut sudah lama digadang-gadang sebagai pesaing Singapura.

PT Kaluku Maritima Utama sebagai perusahaan bongkar muat yang telah berdiri sejak 1997, dengan nama brand pertama adalah PT Kaluku, telah mempercayakan lini produk UD Trucks sebagai armadanya, dan UD Trucks Legacy CWA 260HT menjadi unit pertama yang dibelinya.

Lewat unit inilah maka berdirilah PT Kaluku Transport Utama yang menjadi sarana transportasi guna mendukung kegiatan bongkar muat PT Kaluku Maritima Utama di Pelabuhan Tanjung Priok dermaga 201, 202, serta 203, dan membuat mereka yakin untuk menekuni bisnis tersebut dengan lebih serius lagi.

PT Kaluku Transport Utama berupaya menjawab permasalahan biaya logistik yang cukup tinggi dan waktu tunggu (dwelling time) yang cukup lama, dengan memberikan pelayanan ‘One Stop Logistic Service’ kepada semua pelanggan.

Menurut Epyardi Asda, Komisaris PT Kaluku Maritima Utama, keperluan dalam pengadaan transportasi yang prima guna menghadapi tantangan yang cukup berat agar dapat tumbuh dan berkembang sebagai perusahaan logistik, menjadikan UD Trucks Quester diklaim sebagai pilihan yang tepat bagi perusahaannya.

“Ini terlihat dari ketangguhan, keunggulan serta daya tahan produk yang jauh lebih baik, teknisi yang cepat mengatasi kebutuhan spare parts, dan customer service UD Trucks yang ramah dan sangat membantu komunikasi dengan perusahaan kami,” cetus Epyardi.

Disisi lain, Winarto Martono, Chief Operating Officer Astra UD Trucks Sales Operations, mengatakan selain didukung produk yang baik, tentunya tenaga ahli yang profesional seperti pelayanan dari mitra UD Trucks yakni Astra International UD Trucks pun menjadi solusi yang sangat efektif dalam membantu mereka.

“Kami percaya melalui UD Trucks Quester ini, upaya untuk menjangkau para pelaku bisnis dan memperluas kebutuhan akan pasar logistik di Indonesia merupakan solusi yang sangat tepat,” pungkas Winarto. (gatra.com/ac)

ALFI & EDII sepakat kembangkan edukasi & kompetensi logistik

Berbagai macam pilihan karir membutuhkan tenaga terampil di masing-masing bidang. Salah satunya dunia industri, penting bagi Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya untuk memahami ilmu logistik. Logistik merupakan ilmu seni dan ilmu barang serta jasa kepada manusia di dalam dunia industri dan manufaktur.

JAKARTA (infolog): Perkembangan ekonomi digital dan Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) menuntut setiap anak muda memahami bidangnya.

Pendidikan di dalam dunia logistik dinilai sangat penting, khususnya bagi para pelaku usaha yang bergerak di bidang ini.

PT Electronic Data Interchange Indonesia (EDII) dan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengembangkan pendidikan di bidang logistik untuk meningkatkan kompetensi para pelaku usaha.

Logistik merupakan proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para supplier diantara fasilitas-fasilitas organisasi dan kepada para pelanggan.

Tujuan logistik sendiri adalah untuk menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah tepat pada waktu dibutuhkan.

Selain itu juga mendistribusikan barang atau jasa dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi yang dibutuhkan dan dengan total biaya yang terendah

“Kerja sama ini untuk meningkatkan efektivitas dan kompetensi dari para pelaku usaha untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya dalam bidang logistik,” kata Direktur Utama EDII, E. Helmi Wantono, Sabtu (28/10).

Pengembangan kompetensi sumber daya manusia dilakukan di bidang freight forwarder, logistik dan supply chain management, dan e-commerce logistik. Kesepakatn itu tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU).

“Dengan paham dunia logistik drngan baik, maka bisa meningkatkan efektivitas organisasi dan kompetensi pekerja dalam upaya mendukung kemajuan Indonesia di dalam persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” paparnya.

Kemajuan di bidang logistik, memiliki peran strategis di tengah semangat pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur.

Sebab keberhasilan pembangunan tidak lepas dari peran serta aktif sektor infrastruktur dan transportasi sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik pertahanan, dan keamanan.

Sebelumnya, dalam Ketua Umum DPP ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi  menegaskan SDM logistik Indonesia termasuk agak tertinggal di Asia Tenggara sementara pertumbuhan industri logistiknya termasuk yang tertinggi.

“Kita sangat kekurangan SDM yang berkualitas untuk bidang logistik, karena itu kami (ALFI) gencar menyuarakan perlunya edukasi dan kompetensi bidang logistik ke masyarakat,” tutur Yukki. (jawapos.com/ac)

 

Elvyn: truk CFS keluar buffer area dengan sistem IT

Hingga September 2017, PT Pelindo II (Persero) mencatatkan kinerja yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun, perseroan memiliki visi untuk menjadi digital port pertama di Indonesia.

JAKARTA (alfijak): Elvyn G. Masassya, Direktur Utama PT Pelindo II (persero) mengatakan, dalam mewujudkan visi tersebut, pihaknya sudah mempersiapkan infrastruktur di sepanjang tahun 2017 ini, di antaranya dengan menggagas konsep integrated port network.

Melalui integrasi itu, kata Elvyn, pihaknya ingin melakukan standarisasi seluruh pelabuhan yang ada di Indonesia.

“Mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, kami propose untuk bisa memiliki standar yang sama, baik dalam konteks infrastruktur maupun operasional,” ujar Elvyn di Bandung, Selasa (24/10).

Dalam hal ini, Pelindo II telah membuka jejaring dengan pelabuhan dunia, seperti Guangzhou Port Authority, Port of Azerbaijan, Port of Ning Bo, Port of Shenzen, dan Port of Qatar. Melalui integrasi antarpelabuhan tersebut, kata Elvyn, Pelindo II bisa bertukar informasi, kemampuan dan saling mengirim karyawan, aktivitas komersial sekaligus standarisasi pelabuhan.

Menurutnya, langkah tersebut juga menjadi salah satu strategi yang dilakukan perseroan untuk menekan biaya logistik.

“Jadi kami memberikan solusi yang bersifat komprehensif untuk menurunkan biaya antarpelabuhan dengan kawasan industri. Dengan jarak yang dekat, biaya akan lebih murah,” imbuhnya.

Elvyn menargetkan, melalui integrated chain port itu, pihaknya bisa menekan biaya logistik hingga 20%.

Adapun pada pekan depan, di awal November, Pelindo II akan meluncurkan container freight station (CFS) atau semacam tempat penampungan sementara dan buffer area.

Nantinya, buffer area tersebut akan menjadi titik kumpul truk yang dalam operasionalnya akan menggunakan sistem IT.

“Selama ini truk yang kemana-mana di Priok, nantinya akan berkumpul di buffer area baru. Ketika sudah dipanggil, akan keluar menggunakan sistem IT,” imbuhnya.

Rp1 triliun

PT Pelindo II (Persero) menganggarkan sekitar Rp 1 triliun untuk pembangunan digital port (digitalisasi port) selama lima tahun ke depan. Anggarannya sudah dialokasikan sejak 2016 lalu.

“Kami prediksikan lima tahun ke depan, sampai 2020, spending kurang lebih Rp 1 triliun,” ujar Direktur Operasional dan Sistem Informasi Pelindo II, Prasetyadi di Bandung, Selasa (24/10).

Nantinya, pembangunan digital port tersebut memiliki tiga sisi, yakni sisi laut, terminal, dan supporting.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha, Saptono R Irianto menambahkan, sistem digitalisasi ini akan memberikan keuntungan kepada setiap pelanggan karena layanan yang diberikan akan lebih mudah.

“Sistem operasinya sudah diatur, tidak ada yang direkayasa mulai dari planning sampai end user, semuanya sudah direncanakan dari awal, jadi lebih efektif, murah, dan lebih aman,” ungkapnya.  (kontan.co.id/ac)

Menhub alihkan truk logistik Pantura ke kapal ro-ro, armada belum tersedia

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan saat ini berencana untuk mengurangi truk-truk logistik yang melintas di jalan nasional, terutama Pantura.

JAKARTA (alfijak): Hal itu juga dilakukan agar tidak menambah lagi kerusakan jalan Pantura yang kerap terjadi.

Agar tak terus merusak jalan nasional, Budi menginginkan truk logistik tak selalu melintasi jalan nasional namun menggunakan Kapal roll on roll off (Ro-ro) dan juga adanya ketertiban muatan.

“Kalau semestinya kapasitasnya 15 ton tapi mengangkut 30 ton, bayarnya memang relatif murah tapi jalan rusak untuk jangka panjang juga tidak baik,” kata Budi di Akmani Hotel, Jakarta, Kamis (26/10).

Budi menjelaskan truk dari Jakarta-Surabaya saat ini mencapai 12 ribu. Meski tak semua truk menuju Surabaya, ada sekitar enam ribu truk yang melintas di kota tersebut.

Budi mengharapkan paling tidak 30 persen atau sekitar dua ribu truk bisa menggunakan Kapal Ro-ro.

Untuk itu Budi memastikan ia akan mengupayakan Kapal Ro-ro bisa menjadi pilihan utama untuk mengangkut truk logistik Jakarta-Surabaya namun bukan berarti jalur darat dihilangkan.

“Jalan darat masih tapi kan tidak poin ke poin ke Surabaya saja namun juga ada yang ke Semarang, Cirebon, Jember, dan sebagainya. Tapi khusus untuk ekspor mengutamakan ke Pelabuhan Tanjung Priok,” ujar Budi.

Selain Kapal Ro-ro, Budi berpendapat kereta api barang sebenarnya bisa menjaid pilihan lain agar arus logistik tak sepenuhnya menggunakan jalan nasional.

Hanya saja, menurutnya jika menggunakan kereta api, kapasitas yang ada tidak maksimal untuk angkutan logistik.

Pertimbangan harga juga jauh lebih mahal jika menggunakan kereta api angkutanbarang dibandingkan laut atau darat.

“Dari kalkulasi yang kita lakukan, memang menggunakan kereta api relatif lebih mahal dibandingkan Kapal Ro-ro atau truk. Dengan volume yang ada sulit untuk dimaksimalkan,” ungkap Budi.

Pelayanan Kapal Ro-ro rute Jakarta-Surabaya untuk mengangkut truk logistik sudah mulai beroperasi sejak April 2017.

Kemenhub bekerja sama dengan PT ASDP Indonesia Ferry untuk menjadi operator kapal tersebut. Frekuensi kapal Ro-ro saat ini bisa mencapai dua sampai tiga kali dalam sepekan.

Tak punya armada

Sementara Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry Faik Fahmi mengungkapkan, ASDP masih mengalami keterbatasan kapal guna merealisasikan kapal roro Jakarta-Surabaya.

Menurutnya, armada yang dimiliki ASDP saat ini tak ada yang khusus menangani truk.

Bila dipaksakan, hal tersebut tak efisien sehingga tarif yang dibebankan kepada operator truk lebih mahal ketimbang biaya jalan darat.

Dari hitungan ASDP, harga yang dikenakan terhadap setiap truk dengan kapal roro sekitar Rp 4,5 juta per unit.

Sedangkan, operator truk menginginkan angka itu ditekan maksimal menjadi Rp 3,5 juta per truk.

“Yang menjadi persoalan kita belum mempunyai kapal yang sesuai. Roro kami itu hanya untuk penumpang dan kendaraan standar, belum ada kapal roro yang khusus truk,” jelas Faik.

Dia menyatakan, ASDP berupaya mendatangkan kapal khusus truk dengan cepat. ASDP sudah melakukan pendekatan ke beberapa negara seperti Polandia untuk pengadaan kapal khusus.

Tapi, sampai sekarang perusahaan pelat merah itu belum menentukan pilihan.

Faik mengakui sempat ada opsi sewa kapal berbendera asing yang memenuhi spesifikasi ASDP. Namun rencana tersebut terbentur asas cabotage di Indonesia. (beritasatu.com/republika.co.id/ac)

Adil: relokasi peti kemas SPPB tak jalan, biaya logistik melambung

Pengguna jasa dan pemilik barang impor di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta mendesak pengelola terminal peti kemas ekspor impor segera merelokasi peti kemas impor yang sudah clearance kepabeanan atau sudah mengantongi surat perintah pengeluaran barang (SPPB) atau longstay untuk mengurangi beban biaya logistik.

JAKARTA (alfijak): Sekretaris DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta Adil Karim mengatakan belum berjalannya kegiatan relokasi  peti kemas sudah SPPB atau longstay di pelabuhan itu mengakibatkan biaya logistik penanganan kargo impor di pelabuhan Priok terus meningkat.

Padahal, menurut dia, pelaksanaan relokasi peti kemas impor longstay itu sudah diatur melalui Permenhub No: 25 Tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan menteri perhubungan nomor PM 116 tahun 2016 tentang pemindahan barang yang melewati batas waktu penumpukan (long stay) di pelabuhan utama belawan, pelabuhan utama Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Makassar.

Adil: relokasi peti kemas SPPB tak jalan, biaya logistik melambung

Beleid itu juga diperkuat dengan adanya peraturan Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok No:UM.008/27/11/OP.TPK.2017 tanggal 9 Oktober 2017 tentang perubahan atas peraturan kepala kantor otoritas pelabuhan utama Tanjung Priok No:UM.008/31/7/OP.TPK.2016 tanggal 10 november 2016 tentang tata cara pemindahan barang yang melewati batas waktu penumpukan (long stay) di pelabuhan Tanjung Priok.

“Kami sudah menghitungnya. Kalau barang yang sudah SPPB direlokasi keluar pelabuhan atau ke depo buffer, biayanya lebih murah ketimbang kami harus menanggung tarif penumpukan yang sifatnya progresif bahkan kena pinalti di lini satu pelabuhan. Ini bisa mengurangi biaya logistik bagi pemilik barang,” ujar Adil kepada Bisnis pada Selasa (24/10/2017).

Dia juga prihatin dengan kondisi aturan setingkat Permenhub dan Kepala OP Tanjung Priok tidak bisa segera berjalan di pelabuhan, lantaran pengelola terminal peti kemas takut kehilangan pendapatan dari biaya storage penumpukan yang bersifat progresif.

“Kami selaku pengguna jasa mendukung adanya beleid itu karena sudah  kami lakukan  kajian secara komprehensif bisa menekan biaya logistik secara nasional. Makanya ALFI dan GINSI bersedia menandatangani kesepakatan tarif  layanan  relokasi peti kemas SPPB itu,” papar Adil.

Ketua BPD Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) DKI Jakarta Subandi mengemukakan tidak ada alasan bagi pengelola terminal peti kemas di Pelabuhan Priok untuk tidak mematuhi beleid tersebut.

“Kita mesti bersikap demi kepentingan nasional yang lebih luas dalam upaya menekan biaya logistik di pelabuhan sebagaimana program  pemerintah saat ini,” ujarnya.

Survey lapangan

Dikonfirmasi Bisnis, Wakil Dirut PT.Jakarta International Container Terminal (JICT) Riza Erivan menyatakan akan menjalankan kegiatan relokasi peti kemas longstay sesuai beleid tersebut, namun pihaknya masih perlu waktu persiapan internal di manajemen terminalnya.

Dia juga mengatakan manajemen JICT sudah membentuk tim internal yang akan melakukan survey untuk kesiapan depo mana saja yang akan dijadikan buffer peti kemas impor yang sudah SPPB dan tidak segera diambil pemilik barangnya atau longstay itu.

“Kami sudah berkordinasi dengan Fordeki [Forum Pengusaha Depo Kontener Indonesia] pekan lalu. Dalam kesempatan itu disebutkan dari sembilan depo anggota Fordeki yang sudah siap sepenuhnya menjadi buffer, ada tiga depo. Tim kita akan survey lapangan depo itu. Semestinya pekan ini sudah dilakukan survey tersebut nanti saya cek lagi,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (24/10/2017).

Saat ini, di Pelabuhan Tanjung Priok terdapat lima pengelola terminal peti kemas ekspor impor yang wajib menjalankan relokasi barang longstay sesuai dengan amanat  Permenhub No: 25 Tahun 2017 dan peraturan Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok No:UM.008/27/11/OP.TPK.2017 tanggal 9 Oktober 2017.

Sebelumnya, Ketua Umum Fordeki Syamsul Hadi mengatakan untuk mendukung dwelling time di Priok tersebut, perusahaan/operator depo anggota Fordeki sudah menyiapkan depo back up area seluas kurang lebih 15 Ha di daerah Marunda dan Cakung Cilincing untuk menampung relokasi peti kemas yang sudah clearance pabean/SPPB atau longstay dari pelabuhan Priok.

Berdasarkan catatan Bisnis, pada 16 Agustus 2017 telah ditandatangani kesepakatan mekanisme dan tarif pelayanan relokasi peti kemas impor yang sudah clearance kepabeanan atau longstay antara Ketua Umum Fordeki Syamsul Hadi dengan Ketua ALFI DKI Jakarta Widijanto dan Ketua BPD GINSI DKI Jakarta Subandi, yang disaksikan Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok I Nyoman Gde Saputra.

Kesepakatan tersebut menyangkut tarif relokasi barang impor yang sudah SPBB dari terminal peti kemas ke depo anggota Fordeki untuk peti kemas ukuran 20 feet Rp1 juta per boks dengan perincian moving Rp750.000 per boks dan lift on-lift off (lo-lo) Rp.250.000 per boks.

Adapun untuk ukuran 40 feet dikenakan Rp1,4 juta per boks dengan perincian moving Rp.950.000 per boks dan lo-lo Rp.450.000 per boks. Untuk kedua layanan itu juga dikenai biaya administrasi Rp.100.000 per peti kemas. (bisnis.com/ac)

Yukki: sektor logistik perlu banyak perbaikan

Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi menilai setelah tiga tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)- Jusuf Kalla (JK), sektor logistik masih perlu banyak diperbaiki.

Karena itu pihaknya siap mendukung digitalisasi dalam perkembangan infrastruktur logistik dalam negeri yang meliputi pelabuhan laut, kereta api, jalan tol termasuk jalan menuju dan keluar pelabuhan.

Yukki mengaku hal ini sebagai bentuk upaya ALFI dalam menyukseskan program kemaritiman yang dicanangkan oleh Pemerintahan Jokowi-JK.

“Kita bisa lihat, pentingnya sektor logistik dalam pemerintahan Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla. Dari 16 paket deregulasi yang dikeluarkan terdapat 5 regulasi yang berkaitan di bidang logistik. Kami sangat mengapresiasi hal tersebut, namun itu semua belum cukup menyelesaikan permasalahan sesungguhnya yang ada di lapangan,” ujar Yukki di Jakarta, Selasa (24/10).

Saat ini dirinya memandang bahwa para pelaku logistik nasional masih sibuk dengan perbedaan (ego sektoral) masing- masing, padahal negara- negara tetangga tengah bekerja cepat untuk membangun daya saingnya.

Langkah kontingensi jamin kelancaran lonjakan ekspor akhir tahun

Seharusnya, lanjut Yukki, para pelaku logistik memikirkan upaya untuk mendorong biaya logistik dari 23,7% di tahun 2017 ini menjadi 19% di tahun 2019.

“Kalau kita bergerak dengan infrastruktur bisa menjadi 21 % pada tahun 2019. Tapi, kalau dengan bekerja bisa mencapai 19%. Sebetulnya hal ini telah dipetakan oleh Pak Jokowi. Jadi pertanyaannya apa kita bisa mewujudkannya. Semua kembali di tingkat implementasi,” terang pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Asean Federation of Forwarders Associations (AFFA).

Selain itu, sambung Yukki, reformasi di bidang logistik masih harus dilanjutkan. Yakni, Harmonisasi Regulasi, Pembangunan Infrastruktur (optimalisasi maupun baru), Informasi Teknologi, Kebijakan Fiskal, Moneter, serta Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).

“Jadi kalau kita bicara mengenai logistik, maka harus bersinggungan pula dengan masalah supply chain dan konektivitas berdasarkan multimoda. Oleh sebab itu, pelaku logistik perlu untuk bekerja lebih keras, bukan hanya sekedar bergerak. Dengan bekerja sesuai intruksi Pak Jokowi pastinya akan menghasilkan infrastruktur yang baik juga tepat dan mempunyai daya saing di tingkat regional maupun global,” pungkas Yukki.

Hal senada juga disampaikan oleh Saud Gurning, Pengamat Kemaritiman dari ITS Surabaya yang memandang bahwa sektor maritim dikategorikan baik selama tiga tahun.

Namun begitu, Gurning menambahkan salah satu yang perlu juga menjadi perhatian besar Pemerintahan Jokowi-JK untuk dua tahun masa mendatang yang dapat dilakukan secara realistis lewat berbagai kementerian terkait.

“Pertama, inisiatif besar dan kuat perlu didukung oleh partisipasi pihak swasta dan masyarakat khususnya dalam penyediaan infrastruktur kapal, pelabuhan, dan utamanya galangan kapal nasional dalam mendukung semakin bertumbuhnya trafik angkutan laut wilayah Indonesia Timur atau kawasan terbelakang, terisolasi dan terluar/perbatasan Indonesia,” imbuhnya.

Kemudian, lanjut Gurning, supaya hal positif yang telah diinisiasi atau dicapai sebelumnya dapat berjalan secara berkelanjutan maka dana alokasi pemerintah yang terbatas lewat APBN dapat difokuskan pada orientasi penyediaan infrastruktur dasar untuk pelabuhan dan galangan, atau biaya operasi dan perawatan untuk pengadaan kapal.

“Selebihnya dapat diserahkan kepada mekanisme kerjasama dengan pihak swasta untuk biaya penyediaan suprastruktur dan infrastruktur untuk pelabuhan dan galangan, serta pengadaan kapal oleh pihak pelayaran atau pemilik barang nasional,” jelas Gurning. (beritasatu.com/ac)

PIBT terbukti berdampak positif bagi industri

Tiga bulan sudah sejak program Penertiban Impor Berisiko Tinggi (PIBT) dideklarasikan oleh Bea Cukai, Polri, TNI, Menko Perekonomian, PPATK, Kejaksanaan, KPK, KSP, dan Ditjen Pajak.

JAKARTA (alfijak); Berbagai hasil positif telah nampak, mulai dari peningkatan kepatuhan importir hingga peningkatan pertumbuhan industri lokal.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Heru Pambudi mengapresiasi seluruh instansi yang berperan aktif dalam program tersebut.

“Kami menyampaikan terima kasih atas komitmen dan dukungan pimpinan dan seluruh jajaran K/L dalam pelaksanaan program PIBT ini. Sinergi yang melibatkan K/L dan instansi penegak hukum ini merupakan wujud keseriusan pemerintah dalam melakukan pembenahan di sektor perdagangan internasional yang sangat vital bagi perekonomian nasional,” ujar Heru, belum lama ini.

Heru menjelaskan, sinergi antara Bea Cukai dengan instansi penegak hukum di level pusat telah ditindaklanjuti pada level operasional di daerah, dengan koordinasi secara intensif, khususnya dengan jajaran POLRI, TNI, dan Kejaksaan untuk melaksanakan sinergi pengawasan dalam rangka program PIBT.

“Kami juga melibatkan KPK untuk melakukan asistensi dan supervisi pelaksanaan program ini, yang difokuskan pada pembenahan tata kelola pelabuhan dan penguatan integritas. Di pelabuhan Tanjung Emas, Tanjung Perak, Batam, dan beberapa tempat lainnya, KPK telah melihat adanya tren positif yang perlu dijaga keberlanjutannya,” kata Heru.

Kementerian Keuangan, khususnya Pajak dan Bea Cukai, juga bersinergi dengan PPATK sehingga pengawasan tidak hanya terbatas pada fisik barang dan dokumen impor, namun juga menyentuh arus uang (follow the money), sehingga pengawasan atas pemenuhan kewajiban perpajakan menjadi lebih efektif.

Tak hanya itu, koordinasi dengan K/L terkait, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta Kementerian Perindustrian, diakui Heru dilakukan secara intensif untuk mengatasi permasalahan perizinan impor.

“Atas upaya tersebut, kami berterima kasih kepada K/L di bawah koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian atas pembenahan (simplifikasi) perizinan impor, melalui penetapan peraturan Menteri Perdagangan Nomor 63/MDAG/PER/8/2017 dan Nomor 64/M-DAG/PER/8/2017 yang memberikan kemudahan bagi importasi produk besi baja dan produk tekstil khususnya bagi IKM,” tuturnya.

Terakhir, Heru juga mengungkapkan Bea Cukai melakukan engagement dengan pelaku usaha (asosiasi) untuk mengkomunikasikan dan mencarikan solusi atas permasalahan (excess) yang timbul terkait program PIBT.

“Pelaku usaha secara umum mendukung penuh program ini meskipun terdapat sejumlah kendala pada masa transisi, khususnya terkait dengan penyelesaian barang impor yang terkena ijin larangan dan pembatasan.

Kami juga melakukan pemantauan media massa (termasuk media sosial) terkait dengan respon dari perusahaan ekspedisi/forwarder yang secara umum telah menyesuaikan diri dengan ketentuan impor yang berlaku,” kata dia. (republika.co.id/ac)

ALFI dorong anggota garap e-commerce

Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan pesatnya perkembangan bisnis perdagangan online (e-commerce) menjadi tantangan berat bagi pebisnis logistik dan forwarding di Tanah Air.

Kerena itu, ALFI akan terus mendorong semua anggotanya terutama yang di daerah agar menyiapkan diri dan terus berbenah untuk segera masuk ke sistem perdagangan online.

“Kalau tidak secepatnya masuk bisnis digital, mereka hanya akan menjadi jago kandang. Sementara kandangnya saja sekarang sebagian sudah diambil orang,” kata Yukki di sela seminar bertema Peran dan Fungsi e-Commerce sebagai Media yang Mampu Menopang & Mendorong Bisnis Forwarding/Logistic Indonesia di Surabaya, Rabu (18/10).

Dijelaskan Yukki, dari 3.812 angggota ALFI di Indonesia baru sekitar 10% yang sudah masuk bisnis digital.

Ke depan akan terus didorong agar jumlah anggota yang masuk bisnis digital bertambah.

“Tahun depan kami harap bertambah jumlahnya menjadi 30-34%. Itu pun yang dari lokal juga bertambah, setidaknya 20%,” jelas dia.

Ketua DPW ALFI Jatim Henky Pratoko menyatakan, perubahan yang diakibatkan oleh era digital sudah tak terelakkan.

Dan sebetulnya digitalisasi di ranah perdagangan internasional ini bukan barang baru.

Sebagian anggota ALFI Jatim pun sudah mulai mengalihkan dari perdagangan konvensional ke digital sejak beberapa tahun terakhir.

Namun demikian, dia berharap, era digital ini benar-benar bisa dimanfaatkan anggotanya.

“Kami ingin dengan 100 anggota ALFI Jatim bisa memanfaatkan perdagangan online yang terus tumbuh seperti sekarang,” kata dia. (beritasatu.com/ac)

BPTJ andalkan KA barang tekan biaya logistik

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menargetkan penurunan biaya logistik menjadi 20% dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir 2019 dengan pembenahan sistem logistik di darat.

JAKARTA (alfijakarta): Oleh karena itu, Kepala BPTJ Bambang Prihartono mengungkapkan pihaknya ingin mempercepat proyek pembangunan kawasan pergudangan terintegrasi yang akan dikerjakan PT Lookman Djaja.

“BPTJ ingin segera mencapai target untuk menurunkan biaya logistic menjadi 20 persen PDB pada akhir 2019,” ungkapnya di Jakarta pada Kamis (19/10/2017).

Dia menjelaskan kawasan pergudangan yang terintegrasi dengan moda angkutan kereta barang dapat menurunkan biaya logistik karena sistemnya lebih efisien.

Menurutnya, lebih mahalnya biaya angkut dengan kereta barang yang selama ini terjadi karena ada double handling lantaran sistemnya belum efisien.

Oleh karena itu, sistem pergerakan angkutan barang yang ada harus diperbaiki.

“Iya [bisa menurunkan biaya logistik] target saya dari pembenahan sistem logistic di darat bisa sharing penurunan biaya logistik sebesar 3 persen dari PDB,” paparnya.

Bambang menuturkan angkutan barang dengan menggunakan moda transportasi berbasis rel akan lebih efisien dibandingkan dengan angkutan barang berbasis jalan raya.

“Oleh karena itu, semua pergerakan logistik jarak jauh harus pindah ke moda transportasi berbasis rel dan laut.”

Dia melanjutkan moda transportasi berbasis rel bisa mengangkut hingga 50 kontainer dalam satu kali perjalanan, sementara angkutan barang berbasis jalan raya atau truk hanya bisa mengangkut satu kontainer sekali jalan.

“Kondisi tersebut menunjukkan bahwa moda transportasi berbasis kereta jauh lebih efisien dribandingkan dengan angkutan barang truk,” ucap Bambang.

Kawasan pergudangan terintegrasi KA

Sebelumnya, Chief Executive Officer PT Lookman Djaja, Kyatmaja Lookman, mengatakan kawasan pergudangan terintegrasi kereta yang akan dibangunnya di Cikarang, Kabupaten Bekasi, juga merupakan solusi untuk mengatasi kemacetan di jalan tol Jakarta-Cikampek.

Dia menjelaskan sebagian arus barang bisa dialihkan dari jalan raya menuju rel dengan terbangunnya kawasan pergudangan terintegrasi kereta api.

Pergerakan arus barang yang dapat beralih dari jalan raya menuju moda transportasi berbasis rel, dia mencontohkan adalah pergerakan barang dari Banten menuju Cikarang atau Bogor – Depok – Cikarang.

Dari Cikarang, lanjutnya, barang-barang tersebut dapat langsung di bawa ke pelabuhan-pelabuhan utama seperti Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Tanjung Perak, Surabaya, Tanjung Emas, Semarang, dan Patimban, Subang jika sudah selesai.

Nantinya proses pergerakan barang dari gudang diangkut menggunakan truk berlanjut ke kereta lalu ke kapal dan kembali menggunakan truk.

“Kita tawarkan solusi multimoda door to door,” ujarnya. (bisnis.com/ac)