ALFI Logistic Ecosystem Diluncurkan

ALFIJAK – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) membangun wadah digital layanan logistik berbasis IT yang disebut ALFI Logistic Ecosystem dan akan terintegrasi dengan National Logistic Ecosystem (NLE).

ALFI Logistic Ecosystem itu diluncurkan pada Kamis (22/9/2022) di Bekasi Jawa Barat dan turut dihadiri para pelaku usaha logistik anggota DPW ALFI Jawa Barat dan DPW ALFI DKI Jakarta, maupun DPP ALFI.

Ketua Pelaksana Harian Tim Tehnis Pengembangan National Logistic Ecosystem (NLE), Agus Sudarmadi, juga turut hadir pada kesempatan itu dan memberikan pemaparan mengenai perkembangan digitalisasi dan tehnologi dalam dunia logistik saat ini.

Wakil Ketua Umum DPP ALFI bidang Logistik dan Rantai Pasok, Trismawan Sanjaya mengatakan  ALFI Logistic Ecosystem itu saat ini berbasis website (www.ilfa.or.id) yang teritegrasi dengan berbagai platform logistik untuk memenuhi kebutuhan para pelaku usaha forwarder dan logistik mengenai transporter/trucking, pergudangan, freight kapal, kepelabuhanan dan lainnya.

“Kedepannya juga akan diintegrasikan dengan NLE. Selain itu seluruh DPW ALFI di daerah-daerah juga akan kita upgrade websitenya dengan sistem ALFI Logistic Ecosystem tersebut,” ujar Trismawan.

Sementara itu, Ketua DPW ALFI DKI Jakarta Adil Karim mengatakan saat ini s<span;>udah saatnya kita berkolaborasi dalam menyiapkan ekosistem logistik guna mendukung dan melengkapi program NLE yang sdang digalakkan Pemerintah RI.

“Gunanya membangun ekosistem itu untuk memudahkan anggota kita agar dapat terhubung secara digital dengan NLE demi kelancaran usahanya dan percepatan pengurusan arus barang,” ujar Adil.

Adil Karim mengungkapkan, ALFI Logistic Ecosystem itu saat ini berbass website yang terkoneksi langsung dengan berbagai platform antara lain; andalin, i-truck dan tera marketplace. Bahkan kedepannya, akan terintgrasi dengan layanan perbankan maupun asuransi.

Adil mengemukakan, kolaborasi dengan platform andalin yakni bagaimana memudahkan kita (pelaku logistik) dapat boking space dengan perusahaan pelayaran. Sedangkan tera marketplace untuk memudahkan layanan kerjasama agent pergudangan di dalam maupun di luar negeri. Dan dengan i-truck untuk memudahkan boking layanan trucking tujuan pelabuhan dalam kegiatan ekspor impor maupun antarpulau/domestik.

“Pada prinsipnya semua itu sifatnya untuk membetikan kemudahan bagi perusahaan logistik anggota ALFI,” paparnya.

Dia juga mengatakan, piloting ALFI Logistic Ecosystem, saat ini dilakukan di Jawa Barat dan DKI Jakarta, namun nantinya akan menyebar ke seluruh DPW di seluruh Indonesia.

“Bagi anggota ALFI yang hendak menggunakan platform di website tersebut dengan fitur yang sudah tersedia saat ini, gratis. Selain itu bisa menjadi ruang promosi bagi perusahaan anggota,” tutur Adil.

NLE (National Logistic Ecosystem) adalah suatu hubungan ekosistem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen international sejak kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang.

“Penerapan NLE merupakan salah satu upaya nyata pemerintah dalam mendorong program pemulihan ekonomi nasional,” ucap Adil.[*]

Pertemuan G20: RI-AS Siap Pacu Industri Semikonduktor

ALFIJAK – Indonesia dan sejumlah negara anggota G20 terus berupaya untuk meningkatkan kerja sama ekonomi yang komprehensif, termasuk di sektor industri. Hal ini tercermin dari hasil pertemuan bilateral pada Trade, Investment, and Industry Ministerial Meeting (TIIMM) dalam rangkaian kegiatan Presidensi G20 Indonesia di Bali.

Salah satu pertemuan bilateral tersebut, yakni antara Delegasi Indonesia yang diwakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dengan U.S Trade Representative, Ambassador Katherine Tai yang mewakili Pemerintah Amerika Serikat.

Kedua belah pihak berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan kerja sama melalui Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). Kerangka kerja sama IPEF dinilai dapat menjadi respons yang tepat dalam mengaddress kondisi dan dinamika global saat ini, di mana semua negara harus mengedepankan kerja sama yang lebih erat di dalam menciptakan keseimbangan, kemakmuran, dan pembangunan yang berkeadilan, terutama di kawasan Indo-Pacific.

“Menindak lanjuti apa yang sudah disepakati pada IPEF Ministerial Meeting di Los Angeles beberapa waktu lalu, Pemerintah Indonesia menyampaikan kesiapan dan menegaskan komitmennya untuk mengikuti seluruh Pilar IPEF,” kata Menko Airlangga di Bali, Kamis (22/9/2022).

Hal tersebut disambut positif oleh Ambassador Tai, dan menyampaikan terima kasih serta apresiasi yang tinggi atas engagement dan keterlibatan Indonesia yang serius dan terbuka, guna mendorong hasil konkret dari kerja sama di IPEF.

“Berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, diharapkan akan menjadi kesempatan dan peluang dalam membangun kerja sama multilateral yang lebih baik, dan mampu berkontribusi besar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan global,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan, terdapat beberapa potensi kerja sama di sektor industri yang perlu direalisasikan. Misalnya memacu investasi di sektor industri semikonduktor. Sebab, ada produsen semikonduktor yang cukup besar berlokasi di AS, antara lain Intel, Micron Technology, Qualcomm, Broadcom, Texas Instruments, dan NVIDIA.

“Indonesia memiliki sumber daya bahan baku seperti pasir silika yang melimpah di beberapa wilayah Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Investasi yang akan hadir nanti diharapkan dapat memperkuat rantai nilai di sektor-sektor industri lainnya, seperti otomotif, komunikasi, dan elektronik,” papar Agus.

Kementerian Perindustrian telah menyusun peta jalan jangka menengah (tahun 2022-2030) untuk pengembangan industri semikonduktor di Indonesia. “Untuk mendukung langkah tersebut, pemerintah akan memberikan sejumlah insentif kepada investor industri semikonduktor,” imbuhnya.

Investasi AS di Indonesia selama tahun 2021 mencapai USD2,54 miliar yang terdiri dari 824 proyek. Sementara itu, total perdagangan nonmigas Indonesia dengan AS pada 2021 sebesar USD37 miliar, naik 36% dibanding tahun 2020. Berikutnya, total perdagangan Indonesia-AS sepanjang Januari-Juni 2022 sekitar USD20,3 miliar, meningkat 19% dari periode yang sama tahun 2021.(*)

Kinerja Logistik Alami Tekanan, Namun Optimistis Masih Tumbuh

ALFIJAK – Pelaku usaha logistik menyatakan, kenaikan biaya logistik nasional tidak bisa dihindari lantaran efek domino bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Solar yang mengalami kenaikan.

Pasalnya, mayoritas pelaku logistik nasional termasuk operator truk pengangkut barang dan logistik selama ini menggunakan BBM bersubsidi karena tuntutan pasar/konsumen yang tinggi atas biaya logistik yang rendah.

“Kami memahami adanya potensi kenaikan cost logistik terutama yang behubungan dengan aktivitas truk barang dan logistik akibat kenaikan BBM Solar bersubsidi tersebut. Namun berapa persen besaran idealnya kenaikan tarif angkutan barang itu mesti dinegosiasikan secara bersama,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi.

Dia menjelaskan, efek langsung terhadap komponen BBM dalam formula hitungan biaya angkutan darat (trucking) merepresentasi 35-40%. “Sehingga berapapun koofisien kenaikan BBM akan berdampak besar,” ucap Yukki.

Sedangkan efek tidak langsungnya, imbuhnya, yang berkaitan dengan biaya lain seperti harga maintenance dan sparepart juga akan terdongkrak naik akibat tidak langsung dari ongkos produksi dan pengiriman spare part kepada pengusaha/pemilik truk.

Kinerja Logistik

Yukki mengungkapkan, imbas penaikan harga BBM bersubsidi akan berpotensi menekan kinerja logistik nasional.

“Kinerja logistik akan alami tekanan sangat besar, karena saya sampaikan tadi komponen BBM dalam  angkutan darat cukup tinggi. Apalagi, distribusi barang dengan moda trasnportasi darat secara nasional masih didominasi angkutan darat,” ujarnya.

Disisi lain, kata Yukki, belum lagi respon pasar pengguna angkutan, yang pada dasarnya free market, seakan tidak peduli dan membebankan pergeseran harga akibat kenaikan harga BBM kepada pelaku penyedia jasa angkutan.

“Hal ini karena mereka mengangap dasar kenaikan hanya harga BBM sebagai akibat langsung tersebut,” tuturnya.

Menurut Yukki, kondisi industri logistik diitengah momentum pemulihan ekonomi sekarang ini cukup baik, volume sudah berangsur naik dan mobilitas semakin longgar.

Hanya saja, imbuhnya, industri logistik masih memerlukan dukungan pemerintah guna memastikan agenda pemerintah bisa terealisasi.

Untuk itu ALFI menilai perlu kepastian mengenai ketersediaan supply BBM tanpa henti secara nasional. Fenomena antrian pengisian BBM di SPBU yang kita lihat akhir akhir ini cukup masif dan memprihatinkan dan sudah berdampak kepada kinerja logistik, karena produktifitas barang modal(truck) tidak optimal.

“Supply chain itu bicara reliability and sustainability yg predictable sesusai forecast, pun demikian dalam hal BBM dari supply dan demand,” paparnya.

Persoalan ketidakseimbangan supply and demand pada BBM Solar bersubsidi untuk angkutan barang dan logistik menjadi masalah serius hingga ke daerah-daerah.

Bahkan, ujar Yukki, di daerah-daerah yang mengalami persoalan itu ALFI sduah menginisiasi untuk mengambil peran dan berinovasi dalam membantu PT Pertamina (Persero) untuk mengurai masalah ini.

ALFI juga mendorong terwujudnya ecosystem logistik sebagai solusi jangka panjang mengatasi persoalan logistik sebagai bagian dari supply chain.

Komitmen dalam efisiensi layanan logistik menjadi tolok ukur efektifnya kinerja logistik dan dukungan industri lainnya.

“Jadi bisnis kami sangat bergantung juga terhadap industri lain yang menggunakan jasa kami. Efisiensi di sisi produsen sebagai konsumen kami berarti efisiensi di dalam bisnis kami. Sehingga perlu multi sektor dan kelembagaan ini memastikan bisnis logistik berkelanjutan (misal tidak hanya Kemenhub, tapi ada kemendag, kemenperin, kemenkeu, dll),” jelas Yukki.

Yukki juga mengatakan, efek domino BBM subsidi naik akan mengerek harga barang konsumsi, dan hal ini yang terberat, apalagi inflasi menjadi perhatian khusus pemerintah untuk tetap ditekan. Belum lagi jika merembet pada sentimen negatif luar negeri, seperti kurs.

“Namun ALFI masih tetap meyakini proyeksi pertumbuhan bisnis logistik 2022 dan 2023 tetap tumbuh positif, karena masih didukung kekuatan konsumsi domestik,” ucap Yukki.[*]