Demi Kepastian Hukum Perpajakan bagi Usaha Logistik, ALFI Sosialisasikan PMK 71/2022

ALFIJAK – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) berharap Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No: 71 tahun 2022 tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu, dapat memberikan kepastian hukum perpajakan terhadap kegiatan logistik di tanah air.

Hal tersebut dikemukakan, Ketua DPW ALFI DKI Jakarta, Adil Karim saat memberikan sambutan pada acara sosialisasi Perpajakan dengan tema “Dampak Implementasi PMK 71/PMK.03/2022 Terhadap Efisiensi Biaya Logistik”, yang digelar DPW ALFI Jakarta, di Jakarta pada Rabu (26/10/2022).

Turut hadir pada kesempatan tersebut yang mewakili Kantor Wilayah Ditjen Pajak (DJP) Jakarta Utara, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, Ketua Umum DPP ALFI, Jajaran Pengurus DPW ALFI DKI, Ketua Umum dan Jajaran Pengurs DPW ALFI seluruh Indonesia, serta Peserta/perusahaan anggota ALFI DKI maupun tamu undangan.

Sosialisasi Perpajakan ini merupakan program kerja yang telah ditetapkan pada Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) tahun 2020 dan Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) Tahun 2021 DPW ALFI/ILFA DKI Jakarta, namun karena ada wabah Covid-19, sehingga program ini yang tertunda pelaksanaannya.

“Mengingat kondisi Pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk di DKI Jakarta, saat ini sudah melandai dan bahkan mengarah kepada Endemi, maka program kerja sosialisasi kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan di bidang pajak, dapat dilaksanakan secara Hybrid (offline dan online),” ujar Adil.

Dia berharap perusahaan anggota ALFI dapat memanfaatkan sosialisasi ini sebaik-baiknya dan memberikan masukkan terhadap implementasi PMK 71/PMK.03/2022 di lapangan.

“Melalui sosialisasi pada hari ini diharapkan juga dapat memberikan masukan kepada Ditjen Pajak Kementerian Keuangan, sehingga implementasi PMK 71/PMK.03/2022 dapat diterapkan sebagaimana mestinya, memberikan kepastian hukum perpajakan, terutama bagi pelaku logistik nasional,” ucap Adil Karim.

Pada kesempatan tersebut, ALFI DKI Jakarta juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terlaksananya acara ini, sehingga sosialisasi perpajakan ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan,<span;> sosialisasi Perpajakan ini sangat tepat karena bukan karena biaya logistik di Indonesia masih tinggi, berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) yang diterbitkan oleh Bank Dunia.

Tetapi, ujar Yukki, karena kegiatan logistik, perusahaan yang menggunakan izin Jasa Pengurusan Transportasi dengan nomor KBLI 52291, dimana sesuai dengan Permenhub No. 59 Tahun 2021 aktivitas usahanya mencakup 22 subsetor yang saling terkait.

“PMK 71/2022 yang mengatur tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu, sehingga bila antara Petugas Pajak dengan Perusahaan JPT Anggota ALFI tidak satu pemahaman dalam proses bisnisnya, bisa kontra produktif, menimbulkan ekonomi biaya tinggi di sektor logistik,” ujarnya.

Menurutnya, kemungkinan dampak negative itu bisa terjadi, karena tidak mungkin satu perusahaan JPT melakukan sendiri semua kegiatan (22 kegiatan), meskipun perusahaan tersebut masuk dalam sepuluh besar perusahaan logistik global, mereka pasti ada Sebagian aktivitas jasa yang diserahkan kepada pihak lain.

“Maka dari itu, program Sosialisasi PMK 71/2022 ini sangat penting dan strategis, yang diharapkan dapat mewujudkan persamaan persepsi antara Petugas Pajak dengan Perusahaan JPT, sehingga kita bisa bersama-sama dapat meningkatkan kinerja sektor logistik Indonesia yang lebih baik,” ujar Yukki.[*]

ALFI Pacu Optimisme Kinerja Logistik Nasional

ALFIJAK – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyikapi prediksi ancaman resesi global pada 2023. Pemerintah RI juga telah memberikan sinyal soal ancaman ketidakpastian perekonomian dunia pada tahun depan tersebut.

Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengemukakan, sekarang ini kalangan pelaku usaha termasuk disektor logistik sedang mencermati fenomena ancaman krisis global tersebut.

Bahkan, pelaku logistik di Indonesia juga mulai merasakan sinyal itu lantaran kegiatan perdagangan dunia yang mulai lesu dan biaya kontainer yang kembali pada titik semula. Apalagi, penurunan aktivitas ekspor-impor sudah mulai dirasakan sejak dua bulan lalu.

Oleh sebab itu, kata dia, guna mempertahankan kinerja sektor logistik perlu strategi yang jitu dengan memperhatikan indikator-indikator perekonomian global akibat ancaman resesi itu.

“Apalagi, peringatan Pemerintah RI soal ancaman resesi global juga cukup beralasan, yang mengingatkan bahwa resesi global ditandai dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, melandainya permintaan dari negara maju, melemahnya harga komoditas, dan terjadinya arus pembalikan modal atau capital reserval,” ujar Yukki.

Untuk itu, imbuhnya, ALFI tidak bosan-bosan mengingatkan kepada teman-teman pelaku logistik agar lebih bijak menyikapinya supaya bisa lebih siap dalam mengantisipasi jika kondisi ketidakpastian ekonomi akibat resesi global itu terjadi. Sebab semua negara termasuk Indonesia pastinya terimbas jika resesi sudah melanda dunia.

Karenanya, ujar Yukki, perlu menciptakan optimisme para pelaku logistik dengan harapan kondisi akan berangsur membaik dimasa-masa mendatang.

“Sama halnya saat Pandemi Covid-19 berlangsung, sektor logistik menjadi salah satu sektor yang optimis mampu bertahan, bahkan sebagian diantaranya malah tumbuh,” ucapnya.

Yukki mengingatkan perlunya menjaga optimisme tersebut. Sebab dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5,3%, maka konsumsi masyarakat juga perlu di jaga. Sementara investasi didorong tetap tumbuh yang pada akhirnya mampu meningkatkan lapangan pekerjaan.

“Selain itu jika dibandingkan banyak negara lainnya, kondisi realisasi investasi dan inflasi Indonesia masih jauh lebih baik (5,8%), dan dasar Inilah yang membuat kita tetap optimistis walau perlu kehatian-hatian menghadapi ekonomi tahun depan. Makanya, kita perlu kerja keras dengan seluruh potensi yang ada saat ini agar bisa meminimalisir imbas ancaman krisis global. Dan ingat, jangan panik,” jelas Yukki.

Freight Normal

Yukki mengungkapkan, saat pandemi Covid 19, kontainer sempat langka, dan dimasa itu memang dirasakan ketersediaan space kapal dan kontainer cukup sulit. Namun, pasca pandemi ketersediaan kontainer dan space kapal berangsur membaik, bahkan freight saat ini hampir mencapai level sebelum pandemi.

Akan tetapi, ujarnya, perlu dicurigai bahwa kondisi harga freight sekarang ini akibat faktor makro di level dunia yang disebabkan pertumbuhan ekonomi global akibat geopolitik di Europe yang ternyata berdampak dan mempengaruhi secara masif trend ekonomi di semester ke 2 tahun 2022 dan proyeksi tahun 2023.

Yukki yang juga menjabat Chairman Asean Federation of Forwarders Association (AFFA),menjabarkan bahwa kondisi ekonomi akan sangat mempengaruhi pergerakan barang dan pada akhirnya berimbas pada freight dan keseimbangan ketersediaan kontainer. Apalagi berdasarkan info terakhir, beberapa shipping line besar sudah mulai mengurangi kapal mereka di Asia akibat turunnya volume pergerakan barang dan harga freight.

“Namun saat ini harga freight sudah kembali normal dan hal itu sesuai perkiraan dari sejak enam bulan lalu dan penurunan sudah dirasakan sejak dua bulan terakhir ini. Tetapi perlu dicatat bahwa penurunan freight itu bukan saja di sea freight tetapi juga di air freight,” jelas Yukki.(*)

ALFI : 3.887 Pelaku Logistik Telah Tersertifikasi BNSP

ALFIJAK – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), mengungkapkan hingga saat ini terdapat sebanyak 3.887 pelaku jasa transportasi dan logistik Indonesia yang direkomendasikan kompeten dan telah mendapat sertifikat kompetensi dari badan nasional sertifikasi profesi (BNSP) RI.

Sejak dicanangkan pada tahun 2015 tentang sertifikasi kompetensi terutama di sektor transportasi dan logistik, ALFI/ILFA sangat mendukung langkah tersebut.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) ,Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan program ini sangat penting mengingat pelayanan jasa logistik sangat dipengaruhi oleh kapasitas dan kompetensi para SDM di industri ini.

Sebagai perusahaan jasa, imbuhnya, para penyedia jasa logistik harus bisa memberikan layanan yang cepat, tepat, akurat, modern, terintegrasi dan kualitas layanan yang efektif dan efisien.

“Hal ini tidak hanya bisa didukung oleh pengetahuan para SDM yang bekerja di dalamnya, tetapi juga terkait keahlian (skill) dan sikap (attitude) di dalam melayani pelanggan,” ujarnya.

ALFI/ILFA mengambil langkah cepat bekerjasama dengan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) Republik Indonesia mendidik para asesor di sektor transportasi dan logistik.

Bersama dengan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) dan Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki), ALFI/ILFA bersama-sama mendirikan Lembaga Sertifikasi Profesi bernama LSP Logistik Insan Prima dengan didukung asesor yang lulus dan mendapat sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) RI.

“Proses uji kompetensi terus dilakukan sejak tahun 2015 sampai saat ini dengan menghasilkan sertifikasi sebanyak 3,887 pelaku jasa transportasi dan logistik yang direkomendasikan kompeten dan mendapat sertifikat kompetensi dari BNSP RI,” ujar Yukki.

Kompetensi yang diujikan termasuk skema warehouse operator, warehouse supervisor, logistik administrative officer, freight forwarder dan supply chain manager.

Selain staff dan pelaku operasional lapangan di gudang serta jabatan manajerial seperti tersebut, dilakukan juga uji kompetensi terhadap pengemudi angkutan barang yang terdiri dari pemgemudi angkutan peti kemas dan pengemudi angkutan  angkutan barang berbahaya.

Adapun jumlah pengemudi yang dilakukan uji kompetensi baru sebanyak 444 orang dinyatakan kompeten.

“Uji kompetensi ini sangat diperlukan untuk memastikan keselamatan pengangkutan barang dan keselamatan angkutan di jalan,” papar Yukki.

Oleh karena itu, tambahnya, dorongan Pemerintah untuk memastikan dilakukannya pembekalan berupa pelatihan dan uji kompetensi bagi para pengemudi, sangat diperlukan.

“Sebab, pelatihan dan uji kompetensi sektor transportasi dan logistik akan memberikan support yang besar di dalam.menciptakan operasi logistik yang handal dan berkualitas demi logistik yang baik dan maju di Indonesia,” jelas Yukki.

Direktur Eksekutif ASEAN AFFA, Suprapto Suwaji mengatakan, sertifikasi kompetensi juga sangat diperlukan untuk mengakomodasi kualitas standard pelayanan sektor transportasi dan logistik di tingkat ASEAN guna menyambut inisiatif kemudahan transportasi dan logistik di kawasan termasuk AFAMT (sektor Multimoda) dan ACTS (kemudahan  lalu lintas barang transit antar negara ASEAN ).

Menurutnya, dengan dilakukan sertifikasi kompetensi sektor transportasi dan logistik, kualitas pelayanan perusahaan penyedia jasa logistik akan menjadi meningkat demi mencapai kelancaran arus barang dan kepuasan pelanggan.

“Peluang kerja juga terbuka tidak hanya di Indonesia tetapi juga di perusahaan penyedia jasa logistik di  kawasan ASEAN,” ujar Suprapto.(*)

Kompetensi SDM, Kunci Utama Layanan Logistik & Rantai Pasok untuk Kemajuan Industri

ALFIJAK – Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dalam mendorong kemajuan logistik dan rantai pasok nasional.

“Kami sangat meyakini bahwa SDM menjadi kunci logistik dan rantai pasok, Oleh karenanya ALFI akan terus fokus untuk hal tersebut sebagai bentuk tanggung jawab kita terhadap kemajuan Industri,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, pada Selasa (4/10/2022).

Dia juga menegaskan, selain pengembangan kompetensi SDM, adaptasi terhadap perubahan atau tranformasi bidang logistik dan rantai pasok dibutuhkan kreatifitas berfikir dan membuat inovasi/terebosan baru jika ingin mewujudkan efisiensi serta efektifitas layanan logistik dan rantai pasok.

Yukki mengingatkan, sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas), SDM yang kompeten dan profesional, mulai dari tingkat operasional sampai manajerial, menjadi salah satu kunci penggerak perbaikan logistik nasional.

Selain itu, imbuhnya, pengembangan SDM  juga selaras dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 83 Tahun 2019 yang menyebutkan bahwa perusahaan yang bergerak di bidang jasa, harus memiliki tenaga teknis kompeten yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.

Yukki menjelaskan, kompetensi SDM yang mumpuni berperan vital lantaran terdapat banyak kegiatan dalam proses logistik dan rantai pasok, yakni mulai dari asal barang (hulu) sampai ke konsumen akhir (hilir),

“Makanya dalam hal ini, sudah sejak lama kami (ALFI) terus mendorong peningkatan kualitas SDM logistik dan rantai pasok di tanah air melalui ALFI Institute yang telah berkolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari perguruan tinggi negeri dan swasta, lembaga pendidikan ataupun politeknik, perusahaan swasta maupun BUMN hingga masyarakat pelaku usaha logistik nasional dalam mengakomodir peningkatan kualitas SDM logistik dan rantai pasok tersebut,” ucapnya.

Yukki menambahkan, ALFI juga berkolaborasi dengan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) dan Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Logistik Insan Prima/LIP sebagai lembaga sertifikasi yang independen.

Sebelumnya, Kemenko Perekonomian, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kadin Indonesia sepakat untuk mengesahkan Peta Okupasi Nasional Bidang Logistik dan Supply Chain yang disaksikan wakil dari asosiasi di bidang logistik maupun perwakilan pelaku logistik dari industri manufaktur.

Peta okupasi tersebut diharapkan menjadi referensi nasional bagi Kementerian/lembaga teknis dalam penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang logistik, maupun dunia usaha dalam pengembangan karier profesional SDM logistik dan supply chain  serta proses perencanaan/rekrutmen SDM berbasis kompetensi.

Selain itu ditujukan untuk Lembaga pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran agar menghasilkan output sesuai kebutuhan industri, maupun  Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dalam mengembangkan skema sertifikasi yang akan digunakan sebagai rujukan untuk menyusun materi uji kompetensi, menyediakan tenaga penguji (assessor), dan melakukan asesmen.

Peta okupasi nasional ini disusun dengan melibatkan para pemangku kepentingan yang terdiri atas perusahaan manufaktur, asosiasi usaha, penyedia jasa logistik, akademisi, lembaga pelatihan dan sertifikasi.

Peta okupasi nasional diharapkan sebagai informasi jabatan-jabatan pekerjaan di bidang logistik dan rantai pasok, dapat menjadi instrumen dan sumber informasi untuk mendukung berjalannya proses link and match antara kurikulum pendidikan dan pelatihan vokasi dengan skill yang dibutuhkan industri.

Hal ini kemudian dituangkan dalam bentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Logistik, serta dapat menjadi dasar dalam perumusan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang logistik.[*]

PIP Semarang & ALFI Institute, Kolaborarasi Diklat FIATA Diploma-Geneva

ALFIJAK– Peran dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bidang logistik dan rantai pasok, sangatlah vital.

Untuk menciptakan kualitas SDM yang mumpuni dan berkelanjutan di bidang tersebut, telah dilakukan k<span;>erjasama pendidikan dan pelatihan (diklat) antara Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang dengan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia /ALFI Institute.

Hal ini juga sekaligus sebagai implementasi MoU Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan RI dengan ALFI dan ALFI Institute melalui Pendidikan FIATA Diploma in Freight Forwarding & Logistik yang berstandar sertifikat global.

Pendidikan yang diikuti para Pengajar di lingkungan PIP Semarang itu digelar secara daring (online) yang dilaksanakan mulai 3 Oktober 2022.

Dalam sambutannya, Direktur PIP – Semarang Capt. Dian Wahdiana,  M.M yang diwakili oleh Capt. Anugrah Nur Prasetyo. M.Si, M.Mar selaku Pembantu Direktur 3, menyampaikan pentingnya pemahaman lebih jauh tentang perkembangan logistik dan rantai pasok di dalam negeri maupun internasional.

Dengan pendidikan itu diharapkan nantinya dapat mempersiapkan para Taruna PIP Semarang menjadi generasi penerus dengan pemahaman logistik yang lebih luas dan terintegrasi

“Harapannya, sehingga para lulusan dari PIP – Semarang  memiiliki nilai tambah dan dapat terbuka peluang masuk dalam industri logistik nasional maupun global. Pendidikan itu juga membekali profesionalisme sebagai tenaga ahli angkutan laut dan kepelabuhanan serta logistik termasuk pemahan soal digitalisasi logistik bagi para Taruna untuk kemajuan logistik di tanah air dan  internasional,” ucap Capt Anugrah, pada Senin (3/10/2022).

Kerjamasa Diklat antara PIP Semarang dan ALFI Institute secara berkelanjutan, juga untuk memberikan manfaat dalam mempersiapkan pelaku-pelaku industri dan generasi masa depan logistik Indonesia guna mendorong  perkembangan logistik yang lebih dinamis.

“Pembangunan SDM yang berkualitas di mulai melalui penddikan yang berbasis melalui pemahaman kegiatan logistik dan rantai pasok yang terintegrasi, memiliki inovasi dan profesionalisme. Institutusi pendidikan Politeknik sebagai langkah awal memahami industi logistik yang berkelanjutan tersebut,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, M. Supriyanto selaku Direktur ALFI Institute menyampaikan pesan dan arahan dari Chairman FIATA Regional Asia Pasifik sekaligus Chairman AFFA dan Ketua Umum DPP ALFI Yukki N Hanafi.

Standar FIATA

M Supriyanto mengemukakan, peran SDM sangatlah penting guna memperkuat basis industri logistik dan rantai pasok melalui capacity building.

Dia mengatakan, berdasarkan  Federasi Internasional Asosiasi Freight Forwarders (FIATA) World Congress di Korea – Busan beberapa waktu lalu, agar pelaku logistik global yang melayani seluruh ekosistemnya dapat mempercepat kompetensi seluruh SDM nya untuk memastikan industri logistik dan rantai pasok yang tangguh dan berkelanjutan melalui Pendidikan,  serta strategi prioritasnya melalui Pelatihan yang diterima secara global.

Dia menjelaskan, sertifikat pendidikan FIATA Diploma dalam bidang Freight Forwarding & Logistik ini dikeluarkan oleh FIATA- Geneva, yang tentunya dapat membangun perkuatan ekosisitem yang terintegrasi.

Melalui Pendidikan vokasi termasuk kolaborasi PIP Semarang yang mengembangkan kurikulum logistik, sekaligus sebagai bagian penting untuk pengembangan pendidikan dibidang logistik tersebut.

“Tentunya kerjasama program pendidikan ini dapat diikuti dengan penelitian, pengembagan serta pengabdian kepada masyarakat melalui pendekatan kearifan lokal dalam upaya perkuatan logistik di tanah air. Sehingga outputnya SDM Logistik Indonesia menjadi unggul dan kompetitif,” ujar Supriyanto.[*]