Arsip Tag: ALFI

ALFI Siapkan Skema Integrasi Logistik Nasional

ALFIJAK – Wakil Presiden RI Maruf Amin meminta Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) periode 2023-2028 untuk mengkaji skema logistik nasional demi memastikan terwujudnya sistem yang terintegrasi dari Sabang sampai Merauke.

Ketua Umum DPP ALFI, Akbar Djohan menyambut optimistis arahan dari orang nomor dua di Indonesia itu. Pihaknya fokus untuk mengkaji pembentukan badan logistik nasional demi memastikan layanan logistik mampu terdiversifikasi, aman, transparan, dan berkelanjutan dalam satu wadah integral.

“Seluruh pengurus ALFI telah siap untuk melaksanakan arahan dari Wapres RI Ma’ruf Amin. Kami berikhtiar untuk mengeksekusi amanah ini, sekaligus mengharapkan terealisasinya badan logistik nasional,” kata Akbar, dalam keterangan tulisnya di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Konektivitas transportasi nasional yang mencakup wilayah terluar Indonesia menjadi vital dalam misi pemerataan pertumbuhan ekonomi. Peranan asosiasi dinilai sentral untuk mengakomodir sekaligus menjembatani kebutuhan nasional dan daerah baik dalam distribusi barang hingga proses pemasaran.

Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) periode 2023-2028 Akbar Djohan bersama Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin di Kediaman Resmi Wapres, Jakarta Pusat, Selasa (20/2/2024). Foto: ALFI.

Pembenahan tata kelola sektor logistik tak terlepas dari sinergi antarpemangku kepentingan, terutama untuk memastikan biaya logistik nasional dapat kompetitif, dan terjangkau bagi seluruh industri.

“Kerja keras ini masih terus berlanjut, kami bersinergi dengan banyak pihak untuk mencari solusi terbaik bagi sistem logistik nasional kita. Terima kasih pak Wapres, kami berikhtiar mewujudkan itu,” tandasnya.

Akbar juga mengatakan seluruh pengurus terus memperkuat kolaborasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan badan usaha sejenis untuk mengoptimalkan penataan sistem logistik, hingga memperluas mekanisme pendanaan.

Selain itu, literasi dan digitalisasi juga menjadi prioritas asosiasi untuk melahirkan tenaga kerja yang kompeten dan kompetitif. ALFI terus berupaya meningkatkan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) melalui ALFI Institute dengan kurikulum standar internasional FIATA dan UNESCAP.

Sebagaima diketahui, Wapres Ma’ruf Amin meminta ALFI untuk melakukan kajian mendalam untuk menemukan skema logistik nasional yang terbaik alias best-practice. Wapres membuka pintu bagi asosiasi agar dapat belajar di negara-negara tetangga.

“ALFI bisa membuat Konsep dan Inovasi yang diajukan ke pemerintah. Kita sudah mulai go-global,  kata Wapres saat menerima audiensi Dewan Pengurus Pusat ALFI di Kediaman Resmi Wapres, Jakarta Pusat, pada Selasa (20/2/2024).

ALFI Mendorong RI jadi Pusat Perdagangan & Investasi di Kawasan Asean

ALFIJAK- Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengemukakan, pentingnya peningkatan daya saing nasional melalui fasilitasi perdagangan yang efisien, penyedia layanan logistik kelas dunia dan SDM berkualitas tinggi serta peningkatan rantai pasokan (Supply Chain).

“Hal itu diperlukan agar Indonesia bisa menjadi pusat perdagangan dan investasi di kawasan Asean dalam 10 tahun mendatang,” ujar Yukki.

Duna mewujudkan hal tersebut, ALFI selaku wadah para pengusaha disektor transportasi, logistik dan supply chain, terus mendorong dan mengusulkan enam point krusial guna mendorong investasi dan perdagangan agar mampu mendongkrak pertumbuhan perekonomian nasional saat ini dan dimasa mendatang.

Pertama, para pelaku usaha di sektor logistik agar mampu meningkatkan manajemen rantai pasokan dan logistik serta mendorong hilirisasi pada industri dan pertanian (pangan) serta kesehatan untuk memenuhi standar internasional.

Kedua, menghubungkan sistem perdagangan menuju e-commerce  yang berkeadilan bagi pertumbuhan perekonomian nasional.

Ketiga, pembangunan prasarana dan sarana secara masif untuk mengembangkan infrastruktur transportasi dan logistik yang disesuaikan dengan strategi nasional guna mendorong Indonesia sebagai Negara tujuan investasi dan perdagangan.

Keempat, mendorong dan segera dapat mengoptimalkan implementasi National Logistics Ecosystem (NLE) yang sekaligus juga mengembangkan prosedur layanan logistik dalam format elektronik (online system).

Kelima, Melakukan pengembangan faktor pendukung logistik termasuk pengembangan standar okupansi jasa logistik sehingga berstandar kelas dunia serta melakukan penelitian dan pengembangan inovasi  teknologi logistik.

Keenam, Mengevaluasi dan memantau perjanjian kerjasama Internasional dan mengembangkan database untuk mengevaluasi perkembangan logistik nasional dengan tujuan mendorong masuknya investasi dan perdagangan ke Indonesia.

“Konkretnya, kita mesti menghilangkan semua hambatan dan memberikan kepastian usaha dalam hal perdagangan dan investasi di Indonesia,” papar Yukki.

Ketum DPP ALFI juga mengatakan, pentingya simplikasi dan harmonisasi kebijakan antara Pusat dan Daerah untuk mendorong daya saing logistik dan produk nasional.

Karenanya, imbuh Yukki, konektivitas logistik jangan sampai terputus untuk meningkatkan efisiensi logistik nasional agar pergerakan barang semakin efektif dan efisien dari wilayah penghasil kepada wilayah konsumsi.

“Sebab konektivitas melalui simpul logistik dan transportasi yang terintegrasi menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi dan membangun konektivitas dengan hinterland-nya,” ucap Yukki.(*)

Kompetensi SDM, Kunci Utama Layanan Logistik & Rantai Pasok untuk Kemajuan Industri

ALFIJAK – Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dalam mendorong kemajuan logistik dan rantai pasok nasional.

“Kami sangat meyakini bahwa SDM menjadi kunci logistik dan rantai pasok, Oleh karenanya ALFI akan terus fokus untuk hal tersebut sebagai bentuk tanggung jawab kita terhadap kemajuan Industri,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, pada Selasa (4/10/2022).

Dia juga menegaskan, selain pengembangan kompetensi SDM, adaptasi terhadap perubahan atau tranformasi bidang logistik dan rantai pasok dibutuhkan kreatifitas berfikir dan membuat inovasi/terebosan baru jika ingin mewujudkan efisiensi serta efektifitas layanan logistik dan rantai pasok.

Yukki mengingatkan, sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional (Sislognas), SDM yang kompeten dan profesional, mulai dari tingkat operasional sampai manajerial, menjadi salah satu kunci penggerak perbaikan logistik nasional.

Selain itu, imbuhnya, pengembangan SDM  juga selaras dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 83 Tahun 2019 yang menyebutkan bahwa perusahaan yang bergerak di bidang jasa, harus memiliki tenaga teknis kompeten yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.

Yukki menjelaskan, kompetensi SDM yang mumpuni berperan vital lantaran terdapat banyak kegiatan dalam proses logistik dan rantai pasok, yakni mulai dari asal barang (hulu) sampai ke konsumen akhir (hilir),

“Makanya dalam hal ini, sudah sejak lama kami (ALFI) terus mendorong peningkatan kualitas SDM logistik dan rantai pasok di tanah air melalui ALFI Institute yang telah berkolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari perguruan tinggi negeri dan swasta, lembaga pendidikan ataupun politeknik, perusahaan swasta maupun BUMN hingga masyarakat pelaku usaha logistik nasional dalam mengakomodir peningkatan kualitas SDM logistik dan rantai pasok tersebut,” ucapnya.

Yukki menambahkan, ALFI juga berkolaborasi dengan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) dan Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Logistik Insan Prima/LIP sebagai lembaga sertifikasi yang independen.

Sebelumnya, Kemenko Perekonomian, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kadin Indonesia sepakat untuk mengesahkan Peta Okupasi Nasional Bidang Logistik dan Supply Chain yang disaksikan wakil dari asosiasi di bidang logistik maupun perwakilan pelaku logistik dari industri manufaktur.

Peta okupasi tersebut diharapkan menjadi referensi nasional bagi Kementerian/lembaga teknis dalam penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang logistik, maupun dunia usaha dalam pengembangan karier profesional SDM logistik dan supply chain  serta proses perencanaan/rekrutmen SDM berbasis kompetensi.

Selain itu ditujukan untuk Lembaga pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran agar menghasilkan output sesuai kebutuhan industri, maupun  Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dalam mengembangkan skema sertifikasi yang akan digunakan sebagai rujukan untuk menyusun materi uji kompetensi, menyediakan tenaga penguji (assessor), dan melakukan asesmen.

Peta okupasi nasional ini disusun dengan melibatkan para pemangku kepentingan yang terdiri atas perusahaan manufaktur, asosiasi usaha, penyedia jasa logistik, akademisi, lembaga pelatihan dan sertifikasi.

Peta okupasi nasional diharapkan sebagai informasi jabatan-jabatan pekerjaan di bidang logistik dan rantai pasok, dapat menjadi instrumen dan sumber informasi untuk mendukung berjalannya proses link and match antara kurikulum pendidikan dan pelatihan vokasi dengan skill yang dibutuhkan industri.

Hal ini kemudian dituangkan dalam bentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Logistik, serta dapat menjadi dasar dalam perumusan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang logistik.[*]

ALFI Ajak Jaga Momentum Perbaikan Ekonomi Nasional

Jakarta– Pelaku logistik mengajak semua pihak dapat menjaga momentum perbaikan perekonomian nasional saat ini, ditengah situasi Pandemi Covid-19 didalam negeri yang terus terkendali.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan kinerja ekspor impor yang terus tumbuh hingga saat ini turut mendongkrak surplus perdagangan Indonesia.

“Akselerasi pemulihan perekonomian yang  positif ini mesti sama-sama kita jaga. Pelaku logistik tetap optimistis kinerja ekspor impor akan semakin membaik kedepannya,” ujar Yukki, Selasa (19/4/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pada Maret tahun ini surplus seiring kinerja ekspor yang tumbuh 29,42% dibandingkan bulan sebelumnya mencapai US$ 26,5 miliar dan impor yang tumbuh 32,02% mencapai US$ 21,97 miliar.

Menurut Yukki, kinerja logistik ekspor impor masih akan terus tumbuh hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 H/Lebaran 2022 dan setelah itu akan mengalami fase penurunan sesaat lantaran masa Libur Lebaran.

Disisi lain, antusiasme masyarakat untuk melakukan mudik/pulang kampung pada musim Lebaran tahun ini juga sangat besar setelah dalam dua tahun terakhir tidak melakukan mudik akibat lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di tanah air.

Dia mengatakan, penurunan sesaat terhadap aktivitas logistik ekspor impor itu juga dipengaruhi adanya pengaturan/pembatasan jam operasional dan ruas jalan yang bisa dilalui truk pengangkut logistik selama masa angkutan Lebaran tahun ini.

Namun diperkirakan kondisi penurunan aktivitas logistik itu hanya bersifat sementara, karena setelah (Libur Lebaran) itu akan normal kembali bahkan cenderung kembali naik. Tetapi saat menjelang Hari Raya Idul Adha pada awal Juli mendatang akan terjadi penurunan lagi. Namun estimasi tersebut harus mencermati dua hal yakni tetkait kondisi perang Rusia dan Ukrania, inflasi dan daya beli masyarakat setelah Hari Raya itu,” ungkap Yukki.

Yukki mengemukakan, pertumbuhan ekonomi yang didorong kinerja logistik ekspor impor nasional hingga saat ini juga tidak terlepas dari aktivitas masyarakat dan bisnis di hampir semua sektor yang kembali bergerak normal.

“Kinerja logistik nasional juga akan terus tumbuh seiring semakin membaiknya kondisi aktivitas masyarakat saat ini,” paparnya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor Indonesia pada Maret 2022 mencapai US$26,50 miliar atau naik 29,42 persen dibanding ekspor Februari 2022.

Bahkan jika dibanding Maret 2021 nilai ekspor pada Maret 2022 itu mengalami kenaikan sebesar 44,36 persen.

BPS juga menyebutkan, bahwa ekspor nonmigas Maret 2022 mencapai US$25,09 miliar, naik 28,82 persen dibanding Februari 2022, dan naik 43,82 persen dibanding ekspor nonmigas Maret 2021.

Ekspor nonmigas Maret 2022 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,48 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,83 miliar dan India US$2,06 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,34 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$4,98 miliar dan US$1,86 miliar.

Sedangkan menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Maret 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$9,58 miliar (14,48 persen), diikuti Jawa Timur US$6,87 miliar (10,39 persen) dan Kalimantan Timur US$6,17 miliar (9,33 persen).

Adapun Nilai impor Indonesia pada Maret 2022 mencapai US$21,97 miliar, naik 32,02 persen dibanding Februari 2022 atau naik 30,85 persen dibanding Maret 2021.

Impor migas Maret 2022 senilai US$3,49 miliar, naik 20,33 persen dibanding Februari 2022 atau naik 53,22 persen dibanding Maret 2021.

Untuk impor nonmigas Maret 2022 senilai US$18,48 miliar, naik 34,50 persen dibanding Februari 2022 atau naik 27,34 persen dibanding Maret 2021.(*)

Industri Logistik 2022 Diyakini Tetap Tumbuh

ALFIJAK – Industri logistik diyakini tetap tumbuh sepanjang 2022 meski menghadapi banyak tantangan. Pertumbuhan sektor logistik bisa terjadi signifikan bila penguatan dan perluasan segmen pasar dilakukan para pelaku industri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Akbar Djohan mengatakan, penguatan dan perluasan segmen pasar bisa dilaksanakan di beberapa sektor atau komoditas, dengan melihat volume dan tingkat pertumbuhan yang baik untuk 2022.

“Pertumbuhan 2022 nanti bisa dilihat pada dua sektor, pertama dari sisi market yang telah terintegrasi dengan digitalisasi, dan kedua adalah logistik yang sifatnya penting dan menjadi komoditas utama dalam mendongkrak penerimaan negara,” kata Akbar dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (4/1/2022).

Menurutnya, ada dua strategi yang harus dimiliki para pelaku usaha di sektor logistik sepanjang 2022. Pertama, pebisnis di sektor ini harus melakukan digitalisasi layanan. Berbagai perkembangan teknologi harus dipahami dan dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku usaha.

Perkembangan teknologi yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha sektor logistik di antaranya<span;>big data analytics, artificial intelligence, internet of things, cloud logistics, serta robotics & automation.

“Kedua, strategi tata kelola manajemen perusahaan yang baik agar setiap penyedia jasa logistik meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam melakukan kegiatan usaha dengan peningkatan kapabilitas dan kompetensi SDM,” kata CEO Krakatau International Port ini.

Akbar juga memprediksi pada 2022 ini masih akan terjadi kenaikan harga angkutan logistik laut. Kondisi ini disebutnya akan bertahan hingga 2023. Menurutnya, kenaikan harga angkutan logistik terjadi akibat disrupsi perdagangan dan kegiatan ekonomi karena pandemi Covid-19..

“Jadi harga tarif untuk pengangkutan barang lintas negara secara global diperkirakan masih tetap tinggi, hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan juga sejalan dengan naik turunnya harga komoditas, sehingga penyedia jasa harus beradaptasi dengan perubahan pola bisnis dan perilaku pasar,” katanya.(*)

ALFI Mendorong Percepatan Hilirisasi Industri

ALFIJAK- Transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke Industri berbasis nilai tambah (hilirisasi) perlu terus dilakukan guna mendorong investasi melalui sektor-sektor prioritas yang memiiki nilai tambah.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan upaya hilirisasi tersebut untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk yang pada akhirmya nanti akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

“ALFI mendukung pemerintah supaya program hilirisasi atau transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke industri berbasis nilai tambah itu bisa berjalan sesuau harapan. Intinya kita mesti fokus pada hilirisasi industri tersebut,” ujar Yukki melalui keterangan pers-nya pada Rabu (1/12/2021).

Dia mengatakan, industri padat karya yang berorientasi ekspor termasuk industri farmasi dan alat kesehatan, elektronik maupun otomotif perlu terus dipacu. Selain itu, menyangkut energi khususnya yang berkaitan dengan energi baru dan terbarukan, infrastruktur dan pertambangan yang memiliki nilai tambah, juga harus terus menerus mendapat perhatian.

Yukki mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Kordinasi Penamanam Modal (BKPM) bahwa target investasi tahun 2020 s/d 2024 mencapai Rp.4.983,2 Triliun, atau tumbuh 47,3% jika dibandingkan dengan total realisasi pada tahun 2015-2019 mencapai Rp.3.381,9 Triliun.

“Target itu bisa dicapai jika kita fokus dengan program hilirisasi industri, dan ini sejalan dengan yang dicanangkan Pemerintah RI ” ucapnya.

ALFI juga mengapresiasi upaya Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia dalam memacu investasi di Indonesia sekaligus dalam rangka percepatan hilirisasi Industri.

Berdasarkan data BKPM, imbuhnya, target investasi pada tahun 2021 mencapai Rp.900 Triliun, dan realisasi sepanjang Januari-September 2021 telah mencapai Rp.659 Triliun.

Yukki mengatakan, sepanjang 2008 – 2019, gejolak ekonomi dunia bersumber sumber dari sektor keuangan, energi, maupun perdagangan. Krisis-krisis tersebut tak begitu nyata menekan sisi permintaan dan penawaran (supply and demand).

Namun, imbuhnya, sejak munculnya Covid-19 yang bersumber dari sektor kesehatan telah melumpuhkan ekonomi karena menekan kinerja sisi supply and demand.

“Kondisi tersebut semakin parah, karena perekonomian dunia belum berpengalaman menangani covid-19,” papar Yukki.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan pemerintah optimistis implementasi kebijakan hilirisasi industri akan menjaga kekuatan perekonomian nasional, sehingga tidak mudah terombang-ambing di tengah fluktuasi harga komoditas dan tidak tergantung pada sumber luar.

Menperin menilai, urgensi mempercepat hilirisasi kian terasa dengan hadirnya pandemi Covid-19 yang kini telah mendisrupsi global chain.(*)

ALFI : Merger Pelindo dan Kolaborasi Swasta bisa Perkuat Supply Chain & Logistik di RI

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengharapkan, merger PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I s/d IV mampu mendorong penguatan manajemen supply chain (rantai pasok) dan logistik di Indonesia secara jangka panjang.

Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi, mengemukakan, pasalnya dengan merger tersebut maka aset, SDM dan keuangan Pelindo semakin besar dan kuat.

Merger BUMN kepelabuhanan itu secara resmi telah dimulai sejak 1 Oktober 2021, dengan nama PT Pelabuhan Indonesia. Berbagai juga berharap multiplier efek dari merger tersebut bukan sekedar demi efisiensi pelayanan logistik di tanah air namun mendorong Pelindo menjadi global player dengan melakukan ekspansi bisni jasa kepelabuhan ke luar negeri.

Yukki menilai operator global yang saat ini berada di peringkat teratas mampu mencapainya karena mengakuisisi pelabuhan di luar negeri dan sekaligus meningkatkan kapasitasnya di dalam negeri.

“Kalau bicara pelabuhan ada batasannya tapi kalau logistik nggak ada batasaanya. Jadi jangan berheti di aksi korporasi tapi jangka panjang, misalnya dengan Kementerian BUMN memperkuat ketahanan pangan dan energi juga kesehatan. Itu kan harus diperkuat supply chain di Indoensia dan dunia. Berani mengambil aksi yang lebih besar terhadap aktivitas ratai pasok,” ujar Yukki melalui keterangan tertulisnya.

Yukki juga menghendaki adanya kolaborasi bersama dengan swasta dan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam membangun ekosistem. Jangan sampai justru bersaing dengan perusahaan kecil.

“Kuncinya berkolaborasi besar dengan swasta. Ibaratnya akan besar kalau bisa dilakukan kolaborasi. Jadi merger ini lebih down to earth. Mengajak ekosistem bersama. Banyak Pelindo harus fokus tertentu tapi UKM juga harus jadi perhatian. Mendukung usaha kecil di lingkungan masing-masing. Perusahaan BUMN memberikan dampak positif terhadap keseluruhan ekosistem,” ucapya.

Yukki yang juga menjabat Chairman Asean Freight Forwarder Association (AFFA) itu mengatakan, dengan merger Pelindo juga bisa diharapkan mampu meneraik investasi disektor transportasi, logistik dan kepelabuhan di Indonesia guna mendongkrak pertumbuhan Ekonomi (GDP) nasional bisa diatas 7%, sebagaimana yang dicanangkan Pemerintah RI.

“Dengan merger dan integrasi sistem pelayanannya, Pelindo telah duduk sebagai operator pelabuhan terbesar secara global di posisi 8 besar dari total throughput-nya. Tetapi, ambisi tersebut jangan berhenti di situ saja.  Dengan demikian pascamerger, dampak operasional Pelindo harus lebih dirasakan oleh semua rantai pasok di Indonesia. Pelindo diharapkan mampu mengelola lebih banyak pelabuhan tak hanya di Indonesia, tetapi juga di luar negeri,” tuturnya.

Yukki menjabarkan, penyatuan BUMN Pelindo itu mendapat reaksi positif dari market, baik di dalam maupun di luar. Namun saat ini market juga menanti general corporation action selanjutnya pasca merger, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dalam merealisasikan target-targetnya.

Oleh karenanya, dia berharap merger tersebut tak sebatas aksi korporasi, tetapi juga memudahkan pengguna jasa dengan mengedepankan penyederhanaan birokrasi layanan kepelabuhanan di Indonesia.

“Memang butuh waktu untuk mencapai targer-target itu semua. Namun secara prinsip bagi kami (Pelaku Usaha), bahwa merger tersebut merupakan langkah positif dan progresif yang sepatutnya perlu terus di dukung oleh semua stakeholders terkait,” ujar Yukki.(*)

ALFI Mendukung Pengembangan Pelabuhan Logistik Anggrek Gorontalo

ALFIJAK – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mendukung percepatan proyek pengembangan Pelabuhan Anggrek di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo Sulut.

Ketua Umum DPP ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi mengemukakan, hal itu sebagai upaya mendorong terwujudnya konektivitas logistik RI dengan berbagai negara seperti Jepang, Korea, China, dan Hong Kong.

“Sebagai pelaku usaha logistik, ALFI mendukung pengembangan pelabuhan itu sebagai logistic port,” ujar Yukki, Kamis (23/9/2021).

Menurutnya, pengembangan pelabuhan Anggrek perlu dilakukan karena kapasitas operasional dermaga saat ini sudah melampaui standar kinerja pelabuhan, di mana ukuran kapal kapal-kapal yang bersandar (peti kemas dan kargo) lebih besar dari kapasitas dermaga eksisting sehingga kurang optimal.

“Kolaborasi berbagai pihak termasuk oleh swasta dalam pengembangan pelabuhan tersebut dan wilayah hinterland-nya diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi wilayah setempat maupun nasional,” ucap Yukki.

Sebagaimana diketahui, nilai investasi <span;>pengembangan Pelabuhan Anggrek menjadi pelabuhan logistik (logistics port) mencapai Rp 1,4 triliun.

Kemenhub lewat Direktur Jenderal Perhubungan Laut selaku Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama (PJPK) pada 18 juni 2021 telah menetapkan Konsorsium Anggrek Gorontalo International Terminal sebagai pemenang. Konsorsium ini terdiri dari PT Gotrans Logistics International, PT Anugerah Jelajah Indonesia Logistic, PT Titian Labuan Anugrah, dan PT Hutama Karya (Persero).

Targetnya, keberadaan pelabuhan ini dapat mendukung konektivitas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gopandang di Gorontalo, yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan serta simpul distribusi, produksi, dan konsolidasi yang mendukung dengan Pelabuhan Gorontalo sehingga dapat menciptakan efisiensi dan tidak menimbulkan masalah seperti kemacetan.

Menurut Rachmat Gobel anggota DPR RI asal Gorontalo, pengembangan Pelabuhan Anggrek tersebut akan dilakukan dalam dua tahap yang didukung penuh dari pemerintah, BUMN dan investor swasta.

“Pengembangan Pelabuhan Anggrek tersebut menggunakan skema kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan ini merupakan skema pembiayaann yang inovatif, sehingga tidak menggunakan dana APBN, tapi melalui pendanaan kreatif non-APBN,” katanya, melalui keterangan pers yang dikutip Kamis (23/9/2021).

Pengusaha asal Gorontalo tersebut menjelaskan bahwa penyerahan proyek pengembangan Pelabuhan Anggrek dari Kantor Unit Penyelenggara Kelas II Pelabuhan Anggrek, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan kepada PT. AGIT dijadwalkan akan dilaksanakan pada 28 September 2021 di Pelabuhan Anggrek, Gorontalo.(*)

Memperbaiki Supply Chain Melalui Implementasi NLE

ALFIJAK – Implementasi National Logistic Ecosystem (NLE) diyakini mampu memperbaiki ma<span;>najemen supply chain atau rantai pasokan, sehingga proses logistik bisa menghasilkan biaya yang lebih efisien dan siklus produksi yang semakin cepat.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, Yukki Nugrahawan Hanafi mengemukakan, pada prinsipnya pelaku usaha logistik nasionak mendukung program NLE  guna merangkai semua kegiatan Supply Chain secara nasional.

Dia menyebutkan, NLE adalah suatu ekosistem logistik yang menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen internasional sejak kedatangan sarana pengangkut hingga barang tiba di gudang. NLE juga mengenalkan suatu konsep kolaborasi digital yang memungkinkan entitas logistik terhubung dengan pemerintah serta platform logistik lainnya. Selain itu, NLE memperkaya peran Indonesia national single window (INSW).

“Kami mendorong NLE dapat segera dilaksanakan di Pelabuhan maupun Bandara. Tetapi implementasi NLE itu sendiri juga masih perlu terus dikawal agar bisa terealisasi seperti yang diharapkan. ALFI melihat  NLE ini seharusnya juga meliputi Bandara (airport ), pelaku logistik , eksportir importir serta semua stake holders. NLE sebagai platform besar-nya,” ujar Yukki, pada Sabtu (28/8/2021).

Dia mengatakan, ALFI bersama stakeholders terkait siap memberikan masukan konstruktif termasuk timetable-nya terkait penerapan NLE. Apalagi, imbuhnya, sejak awal ALFI telah terlibat dalam program implementasi NLE tersebut.

Supply chain adalah jaringan antara perusahaan dan pemasoknya untuk memproduksi dan mendistribusikan produk tertentu ke pembeli akhir. Jaringan ini mencakup berbagai aktivitas, orang, entitas, informasi, dan sumber daya.

Dengan mangement supply chain, imbuhnya, bisa diketahui bagaimana langkah perusahaan mengembangkan rantai pasokan sehingga mereka dapat mengurangi biaya dan tetap kompetitif dalam lanskap bisnis.

“Olehkarenanya untuk mendorong Supply Chain yang lebih baik itu, ALFI usulkan agar NLE tidak hanya di Pelabuhan tetapi juga di Bandara yang berkegiatan melayani kargo ekspor impor,” ucapnya.

Menurut Yukki, NLE  juga idealnya diikuti dengan kesiapan pembangunan infrastrukturnya yang terintegrasi melalui kolaborasi dan sinergi antar pihak, seperti Pemda/Pemprov, Kementerian PUPR, Kemenhub, serta perusahaan BUMN dan Swasta.

Adapun yang berkaitan dengan komoditas perlu melibatkan instansi Kementerian atau Lembaga seperti Kementerian ESDM, Kemendag, Kemenperin, Kementan, dan KKP.

“Kolaborasi semua pihak menjadi syarat utama agar implementasi NLE bisa berjalan baik sehingga daya saing produk/komoditas nasional bisa terwujud dan pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional juga tercapai,” paparnya.

Yukki menilai, target Pemerintah untuk menekan biaya logistik nasional ke angka 17 persen sebelum 2024 melalui sejumlah upaya, salah satunya yakni NLE, cukup realistis jika kolaborasi dengan semua pihak tersebut bisa berjalan.

Sebab, imbuh Yukki, pergerakan nilai ekonomi suatu negara sangat didukung oleh logistik yang baik. Digitalisasi logistik telah menjadi keharusan di dalam ekonomi digital.

“Logistik dalam industry 4.0 tidak semata-mata memindahkan barang dari satu pihak kepada pihak lain, melainkan lebih menekankan kepada pentingnya perpindahan data dari satu entitas kepada entitas lain,” ungkapnya.

Yukki yang menjabat Chairman Asean Freight Forwarders Association (AFFA) itu juga mengatakan, bahwa sekarang ini kecepatan data bergerak jauh melebihi pergerakan barang, sehingga konektivitas masyarakat logistik menjadi keharusan. Seamless logistic merupakan satu dari lima pilar di dalam ASEAN Connectivity 2025.

“Oleh sebab itu, perlunya interaksi antar berbagai platform perdagangan dan logistik untuk menjadi suatu ekosistem yang kuat guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN,” tuturnya.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah RI menargetkan dapat menerapkan National Logistic Ecosystem (NLE) di 10 pelabuhan lainnya di Indonesia, setelah Batam.

Guna mempercepat implementasi Instruksi Presiden No. 5/2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional, Menteri Koordinator Luhut Binsar Pandjaitan, telah membahas perkembangan National Logistic Ecosystem (NLE) atau Ekosistem Logistik Nasional bersama berbagai Kementerian/Lembaga terkait perkembangannya.(*)