Arsip Tag: Yukki Nugrahawan Hanafi

ALFI Ajak Jaga Momentum Perbaikan Ekonomi Nasional

Jakarta– Pelaku logistik mengajak semua pihak dapat menjaga momentum perbaikan perekonomian nasional saat ini, ditengah situasi Pandemi Covid-19 didalam negeri yang terus terkendali.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan kinerja ekspor impor yang terus tumbuh hingga saat ini turut mendongkrak surplus perdagangan Indonesia.

“Akselerasi pemulihan perekonomian yang  positif ini mesti sama-sama kita jaga. Pelaku logistik tetap optimistis kinerja ekspor impor akan semakin membaik kedepannya,” ujar Yukki, Selasa (19/4/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pada Maret tahun ini surplus seiring kinerja ekspor yang tumbuh 29,42% dibandingkan bulan sebelumnya mencapai US$ 26,5 miliar dan impor yang tumbuh 32,02% mencapai US$ 21,97 miliar.

Menurut Yukki, kinerja logistik ekspor impor masih akan terus tumbuh hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 H/Lebaran 2022 dan setelah itu akan mengalami fase penurunan sesaat lantaran masa Libur Lebaran.

Disisi lain, antusiasme masyarakat untuk melakukan mudik/pulang kampung pada musim Lebaran tahun ini juga sangat besar setelah dalam dua tahun terakhir tidak melakukan mudik akibat lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di tanah air.

Dia mengatakan, penurunan sesaat terhadap aktivitas logistik ekspor impor itu juga dipengaruhi adanya pengaturan/pembatasan jam operasional dan ruas jalan yang bisa dilalui truk pengangkut logistik selama masa angkutan Lebaran tahun ini.

Namun diperkirakan kondisi penurunan aktivitas logistik itu hanya bersifat sementara, karena setelah (Libur Lebaran) itu akan normal kembali bahkan cenderung kembali naik. Tetapi saat menjelang Hari Raya Idul Adha pada awal Juli mendatang akan terjadi penurunan lagi. Namun estimasi tersebut harus mencermati dua hal yakni tetkait kondisi perang Rusia dan Ukrania, inflasi dan daya beli masyarakat setelah Hari Raya itu,” ungkap Yukki.

Yukki mengemukakan, pertumbuhan ekonomi yang didorong kinerja logistik ekspor impor nasional hingga saat ini juga tidak terlepas dari aktivitas masyarakat dan bisnis di hampir semua sektor yang kembali bergerak normal.

“Kinerja logistik nasional juga akan terus tumbuh seiring semakin membaiknya kondisi aktivitas masyarakat saat ini,” paparnya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor Indonesia pada Maret 2022 mencapai US$26,50 miliar atau naik 29,42 persen dibanding ekspor Februari 2022.

Bahkan jika dibanding Maret 2021 nilai ekspor pada Maret 2022 itu mengalami kenaikan sebesar 44,36 persen.

BPS juga menyebutkan, bahwa ekspor nonmigas Maret 2022 mencapai US$25,09 miliar, naik 28,82 persen dibanding Februari 2022, dan naik 43,82 persen dibanding ekspor nonmigas Maret 2021.

Ekspor nonmigas Maret 2022 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,48 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,83 miliar dan India US$2,06 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,34 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$4,98 miliar dan US$1,86 miliar.

Sedangkan menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Maret 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$9,58 miliar (14,48 persen), diikuti Jawa Timur US$6,87 miliar (10,39 persen) dan Kalimantan Timur US$6,17 miliar (9,33 persen).

Adapun Nilai impor Indonesia pada Maret 2022 mencapai US$21,97 miliar, naik 32,02 persen dibanding Februari 2022 atau naik 30,85 persen dibanding Maret 2021.

Impor migas Maret 2022 senilai US$3,49 miliar, naik 20,33 persen dibanding Februari 2022 atau naik 53,22 persen dibanding Maret 2021.

Untuk impor nonmigas Maret 2022 senilai US$18,48 miliar, naik 34,50 persen dibanding Februari 2022 atau naik 27,34 persen dibanding Maret 2021.(*)

Kelangkaan Solar Ganggu Aktivitas Logistik, Pebisnis Butuh Solusi Cepat

ALFIJAK – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar di wilayah Sulawesi dan Kalimantan serta di sejumlah wilayah Sumatera, perlu segera dicarikan solusinya.

Selain mengakibatkan terhambatnya kinerja layanan logistik dan transportasi, kondisi kelangkaan BBM jenis Solar itu berimbas pada terganggunya aktivitas perekonoman nasional.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, asosiasinya banyak menerima keluhan dari pelaku usaha logistik di daerah antara lain; Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera prihal kelangkaan BBM jenis Solar tersebut.

“Pemerintah maupun PT Pertamina dan pelaku usaha terkait perlu duduk bersama untuk mencarikan solusinya yang ter<span;>baik, jika perlu subsidi terhadap BBM jenis Solar tersebut dihapuskan saja supaya pelaku usaha bisa memperoleh kepastian dan bisa bekerja normal,” ucap Yukki melalui keterangan pers-nya, pada Selasa (29/3/2022).

Yukki mengungkapkan, berdasarkan yang dialami para pelaku usaha logiatik di wilayah itu saat ini sudah dalam kondisi kritis karena pasokan BBM jenis Solar sangat menipis, bahkan mereka tidak berani mengeluarkan armadanya lantaran harus antri bisa sampai berhari-hari untuk memperoleh BBM tersebut.

“Seharusnya ada penyaluran BBM Solar bersubsidi bisa dipastikan jaminan ketersediaanya. Jangan sampai BBM jenis itu digunakan tidak sesuai peruntukannya. Saat ini kebanyakan digunakan oleh kendaraan pengangkut sawit maupun pertambangan yang semesti tidak mendapatkan jatah subsidi,” ucap Yukki.

PT Pertamina mencatat angka konsumsi bahan bakar minyak jenis solar subsidi melonjak cukup signifikan seiring pulihnya aktivitas masyarakat dan industri di dalam negeri. Saat ini perseroan telah memastikan stok dan menjamin terjaganya proses distribusi solar subsidi di lapangan secara maksimal.

PT Pertamina juga akan berfokus kepada pelayanan logistik dan jalur-jalur distribusi konsumen untuk mengatasi kelangkaan solar subsidi yang kini melanda sejumlah wilayah.

“Stok Solar subsidi secara nasional di level 20 hari dan setiap hari stok ini sekaligus proses penyaluran ke SPBU terus dimonitor secara real time. Namun perlu diketahui secara nasional per Februari penyaluran solar subsidi telah melebihi kuota sekitar 10 persen,” ujar Pejabat Sementara Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, melalui keterangan pers-nya baru-baru ini.

Diapun meminta masyarakat untuk tidak panik berbelanja dan membeli bahan bakar sesuai kebutuhan.

Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014, pengguna yang berhak atas solar subsidi untuk sektor transportasi adalah kendaraan bermotor plat hitam untuk pengangkut orang atau barang, kendaraan bermotor plat kuning kecuali mobil pengangkut hasil tambang dan perkebunan dengan roda lebih dari enam, kendaraan layanan umum (ambulans, pemadam kebakaran, pengangkut sampah), kapal angkutan umum berbendera Indonesia, kapal perintis, serta kereta api penumpang umum dan barang.

Untuk memastikan agar pengguna yang berhak atas solar subsidi bisa dipahami masyarakat, Pertamina bersama seluruh stakeholder dan pemerintah melalui BPH Migas akan terus meningkatkan edukasi dan sosialisasi mengenai regulasi yang telah dibuat mengenai penyaluran solar subsidi.(*)

Ekspor Impor Melejit, Ativitas Logistik Tumbuh

ALFIJAK – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) meyakini aktivitas logistik sepanjang 2022 akan terus tumbuh meskipun ditengah situasi Pandemi Covid-19 yang belum berakhir akibat varian baru Omicron.

Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi, mengungkapkan jika dibanding tahun lalu (2021) pada tahun ini, diprediksikan kegiatan logistik akan terus tumbuh.

“Kami pelaku usaha logistik optimistis dengan pertumbuhan itu. Apalagi neraca perdagangan kita juga masih surplus sepanjang Januari 2022 jika dibanding periode yang sama tahun lalu. Begitupun dengan ekspor impor di awal tahun 2022 juga masih beranjak naik ketimbang periode yang sama tahun lalu,” ujar Yukki pada Rabu (16/2/2022).

Namun, menurut Yukki, pelambatan arus logistik kemungkinan akan terjadi sesaat pada tiga pekan menjelang Lebaran Idul Fitri, dan kemudian akan naik lagi sampai dengan Januari 2023.

Yukki yang juga Chairman Asean Freight Forwarders Association (AFFA) itu mengatakan saat ini pola bisnis dan perdagangan juga telah berubah. Bahkan, kalangan industri telah melakukan berbagai perubahan dalam aktivitasnya lantaran mereka tidak hanya melihat dari sisi logistik tetapi juga rantai pasok.

“Oleh sebab itu transformasi digital yang dilakukan sektor logistik merupakan sebuah keharusan dan dinilai bisa menjadi katalis untuk bisa bertahan hingga melakukan berbagai ekspansi terutama selama pandemi Covid-19,” ujar Yukki Nugrahawan Hanafi.

Sebagai pelaku usaha logistik, Yukki mengapresiasi berbagai upaya dan langkah yang telah dilakukan Pemerintah RI guna mendongkrak kinerja perdagangan dan industri maupun investasi di tanah air sehingga hal itupun berimbas pada pertumbuhan aktivitas logistik ekspor impor nasional.

Berdasarkan data <span;>Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa nilai ekspor Indonesia pada Januari 2022 mencapai US$19,16 miliar atau tumbuh 25,31% jika dibandingkan dengan periode Januari 2021.

Adapun ekspor nonmigas pada Januari 2022 mencapai US$18,26 miliar, atau naik 26,74 persen dibanding ekspor nonmigas pada Januari 2021.

Ekspor nonmigas Januari 2022 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$3,51 miliar, disusul Amerika Serikat US$2,56 miliar dan Jepang US$1,51 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,57 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$3,34 miliar dan US$1,70 miliar.

Adapun menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$3,11 miliar (16,21 persen), diikuti Jawa Timur US$1,88 miliar (9,81 persen), dan Riau US$1,73 miliar (9,05 persen).

Sedangkan  nilai impor Indonesia pada Januari 2022 mencapai US$18,23 miliar, atau naik 36,77 persen jika dibandingkan pada Januari 2021.

Impor migas Januari 2022 senilai US$2,23 miliar, atau naik 43,66 persen dibandingkan Januari 2021. Impor nonmigas Januari 2022 senilai US$16,00 miliar, atau naik 35,86 persen dibandingkan Januari 2021.

Adapun tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2022 adalah Tiongkok US$5,85 miliar (36,55 persen), Jepang US$1,39 miliar (8,67 persen), dan Thailand US$0,93 miliar (5,84 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$2,75 miliar (17,17 persen) dan Uni Eropa US$0,94 miliar (5,84 persen).(*)

Aktivitas Logistik Tumbuh Positif Menjelang IMLEK

ALFIJAK – Pelaku bisnis logistik mengungkapkan, geliat ekspor impor sudah mulai dirasakan sejak memasuki awal tahun 2022 ini dan diprediksi akan terus berlangsung hingga hari raya Imlek atau Chinese New Year.

Kendati begitu, biaya logistik ekspor masih dirasakan cukup tinggi seperti tujuan Amerika Serikat maupun Europe lantatan terkendala slot kapal kontainer yang terjadi sejak tahun lalu.

“Jika mengacu pada data BPS, nilai ekspor RI pada 2021 mengalami kenaikan signifikan dibanding tahun sebelumnya. Harapannya masih optimistis tahun 2022 inipun bisa tetap tumbuh,” ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, kepada wartawan, Senin (24/1/2022).

Indikator pertumbuhan ekspor, imbuhnya, juga terjadi sejak awal Januari 2022 dimana aktivitas pada sejumlah pelabuhan utama di tanah air cukup padat, bahkan di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta hampir setiap harinya jalur distribusi dari dan ke pelabuhan tersibuk di Indonesia itu tak luput dari kemacetan.

“Berdasarkan informasi yang diperoleh ALFI, pelabuhan lainnya seperti di Semarang Jawa Tengah, Surabaya Jawa Timur, Belawan Sumut dan Makassar juga cenderung mengalami peningkatan aktivitas ekspor maupun impor menjelang hari raya Imlek tersebut,” ucapnya.

Namun, kata Yukki, jika ongkos pengapalan atau freight kontainer ekspor ke beberapa negara tujuan seperti Amerika Serikat dan Europe terus mengalami kenaikan dan tidak bisa dikendalikan seperti saat ini, justru akan berdampak negatif bagi kelangsungan perdagangan secara global, bukan hanya di Indonesia.

“Memang ada peningkatan ekspor pada tahun 2021, yakni komoditi migas dan nonmigas dan terus kita lihat lagi bagaimana dengan komoditi batu bara dan CPO. Kemudian untuk yang ekspor menggunakan kontainer seperti  manufaktur electronik, automotive, furniture , textile, sepatu, serta komoditi makanan minuman. Ekspor untuk kendaraan juga mengalami peningkatan pada tahun lalu,” jelasnya.

Yukki mengatakan, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2021 mencapai US$231,54 miliar atau naik 41,88 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$219,27 miliar atau naik 41,52 persen.

BPS merilis, berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Desember 2021 naik 35,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2020, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 2,86 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 92,15 persen.

Adapun menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Desember 2021 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$33,86 miliar (14,62 persen), diikuti Kalimantan Timur US$24,32 miliar (10,50 persen) dan Jawa Timur US$23,00 miliar (9,94 persen).

Sedangkan untuk impor pada tahun 2021, berdasarkan data BPS menyebutkan, menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Desember 2021 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi US$5.529,5 juta (37,73 persen), bahan baku/penolong US$44.174,2 juta (42,80 persen), dan barang modal US$4.924,1 juta (20,77 persen).

Adapun tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Desember 2021 adalah Tiongkok US$55,74 miliar (32,66 persen), Jepang US$14,61 miliar (8,56 persen), dan Thailand US$9,08 miliar (5,32 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$29,31 miliar (17,17 persen) dan Uni Eropa US$10,97 miliar (6,43 persen).(*)

Inovasi & Kolaborasi untuk Penguatan Sektor Logistik

ALFIJAK – Langkah Inovasi dan kolaborasi serta membangun rantai pasok berbasis digital untuk meningkatkan daya saing, menjadi hal penting dalam penguatan industri logistik nasional.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logitik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, ditengah situasi Pandemi Covid-19 dan kondisi pasar di Indonesia yang dinamis saat ini, kolaborasi sektor logistik membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian dan Lembaga, seperti Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Perindustrian, Perdagangan dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

“Sejak beberapa waktu silam, ALFI terus mendorong dan menjadikan logistik Indonesia lebih kompetitif, dinamis dan inovatif. Kami juga berharap agar anggota ALFI dapat terus berkolaborasi dengan semua pihak, karena kolaborasi adalah kunci untuk menjadikan logistik Indonesia yang lebih kompetitif dan inovatif,” ujar Yukki melalui keterangan tertulisnya pada Selasa (28/12/2021).

Untuk mewujudkan hal tersebut, imbuhnya, ALFI mendorong semua pihak agar dapat berkolaborasi dan menghilangkan ego sektoral untuk meningkatkan ekonomi nasional serta bisa bergerak lebih cepat ke arah pemulihan ekonomi pasca hantaman Pandemi Covid 19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.

Yukki menegaskan, ALFI juga mengapresiasi upaya Pemerintah RI yang terus memperkuat pertumbuhan ekonomi digital di kawasan perdesaan.

Menurutnya, hal ini akan semakin mempermudah transaksi digital yang dilakukan masyarakat hingga ke pelosok-pelosok wilayah desa di Indonesia.

Dia mengatakan, selama Pandemi Covid-19 masyarakat mulai beralih memanfaatkan platform e-commerce dalam memenuhi kebutuhannya.

Oleh karenanya, pelaku bisnis logistik perlu segera melakukan adaptasi terhadap perubahan, jika tidak ingin di libas perkembangan perdagangan maupun tuntutan masyarakat dan prilaku konsumen yang kinipun bertransformasi sangat cepat memanfaatkan digitalisasi.

“Sekarang ini pola bisnis dan perdagangan juga telah berubah bahkan industri juga telah melakukan berbagai perubahan lantaran mereka tidak hanya melihat dari sisi logistik tetapi supply chain (rantai pasok),” ujar Yukki yang juga Chairman Asean Federation of Forwarder Association (AFFA).

Oleh sebab itu, imbuhnya, transformasi digital yang dilakukan oleh sektor logistik merupakan sebuah keharusan dan dinilai bisa menjadi katalis untuk bisa bertahan hingga melakukan berbagai ekspansi terutama selama terjadinya pandemi Covid-19 hingga sekarang ini.

“Perusahaan logistik yang tidak mau melakukan perubahan itu, dampaknya bisa tutup. Apalagi peluang bisnis perusahaan jasa kirim maupun e-commerce kian moncer seiring dengan maraknya aktivitas belanja daring masyarakat selama masa Pandemi ini,” tutur Yukki.

Tulang Punggung

Sektor logistik di tengah pandemi Covid 19,  menjadi tulang punggung bagi sektor lain yang membutuhkan distribusi barang.

Pasalnya, perubahan pola bisnis dan perdagangan, saat ini juga tidak terlepas dipengaruhi karakteristik perkembangan masyarakatnya, yang dimulai dari generasi sebelumnya hingga generasi saat ini.

Bahkan, kata Yukki, dalam perkembanganya, aktivitas perdagangan yang melibatkan penjualan barang atau penawaran jasa secara langsung kepada konsumen akhir atau ritel juga mengalami pergeseran cukup masif yakni dari yang sebelumnya berbentuk tradisional ritel menjadi modern ritel dan kemudian terus bergerak menjadi small ritel dan bahkan saat ini cenderung didominasi online ritel.

Yukki mencontohkan, akibat Pandemi Covid-19 yang diiringi perkembangan digitaliasi diberbagai sektor saat ini juga telah cenderung berimbas perubahan pada aktivitas bekerja, belajar dan bermain (eSport). Selain itu berpengaruh pada aktivitas belanja rumah tangga seperti belanja online meningkat 37%, mengurangi aktivitas di luar rumah (57%), dan work from home (WFH) naik 41% dari sebelumnya. Disamping itu juga berdampak pada aktivias peningkatan penggunaan sosial media.

Yukki mengatakan, perkiraan dari nilai transaksi yang dilakukan secara digital (virtual) di tahun 2025 akan tumbuh 5-10% dari perkiraan sebelum adanya Covid-19 hanya 57% dan estimasi setelah adanya Covid-19 mencapai 67%.

Apresiasi Kominfo

ALFI juga mengapresiasi upaya Pemerintah RI melalui Kementerian Kominfo yang terus memperkuat pertumbuhan ekonomi digital di kawasan perdesaan, melalui peyiapan infrastruktur digital serta mendorong inovasi dan kemitraan layanan e-commerce dan logistik.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sejak awal pandemi Covid-19, di Indonesia terjadi peningkatan jumlah konsumen digital sebesar 21 juta orang, dan 72% berasal dari wilayah perdesaan.

Yukki mengakui bahwa upaya Pemerintah RI melalui Kominfo itu selaras dengan keinginan pelaku usaha logistik untuk memperkuat pengembangan layanan logistik dan eCommerce hingga ke seluruh wilayah di tanah air.

“Keberadaan infrastruktur dan platform digital membuka peluang bagi masyarakat, terutama dari perdesaan, menjual produk melalui pasar online,”  jelas Yukki.

Sebelumnya, inspektur Jenderal Kementerian Kominfo Doddy Setiadi menyatakan kemitraan antara  e-commerce dan layanan logistik akan memiliki nilai tambah dan meningkatkan ekonomi digital yang inklusif.

Kementerian Kominfo juga memastikan bahwa daerah perdesaan tidak jauh tertinggal dari pusat ekonomi perkotaan dalam hal kesiapan infrastruktur dan teknologi.

Pemerintah mendukung setiap elemen bangsa terus produktif menghadapi era adaptasi kebiasaan baru pascapandemi. Oleh karena itu, Kementerian Kominfo menyiapkan percepatan transformasi digital sebagai upaya strategis yang harus dilakukan.

Tren pemanfaatan e-commerce memacu kebutuhan layanan logistik yang andal. Oleh karena itu, Pemerintah memastikan infrastruktur logistik pos Indonesia harus terintegrasi secara nasional untuk menjangkau daerah yang belum terjangkau dan meminimalkan kesenjangan infrastruktur antara perdesaan dan perkotaan.

“Trend  e-commerce akan berkembang baik jika produk yang dijual secara online dapat dikirim ke pelanggan dalam harga dan waktu yang wajar. Sedangkan saluran logistik pos menawarkan pengiriman ke seluruh dunia dalam jarak dekat untuk penjual  online di daerah perdesaan,” jelasnya.

Oleh karena itu, kemitraan antara e-commerce dan layanan logistik, terutama di daerah perdesaan menjadi salah satu solusi untuk membuat pasar e-commerce  Indonesia terus berkembang dan membuka peluang signifikan bagi masyarakat.

“Kemitraan tersebut akan melibatkan kolaborasi dalam peningkatan infrastruktur logistik, penguatan layanan point-to-point, dan peningkatan pemenuhan last-mile delivery. Tidak hanya menjangkau seluruh wilayah negara namun bisa menjadi solusi bagi penjual online di daerah perdesaan,” ucapnya.(*)

ALFI Mendorong Percepatan Hilirisasi Industri

ALFIJAK- Transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke Industri berbasis nilai tambah (hilirisasi) perlu terus dilakukan guna mendorong investasi melalui sektor-sektor prioritas yang memiiki nilai tambah.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan upaya hilirisasi tersebut untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk yang pada akhirmya nanti akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.

“ALFI mendukung pemerintah supaya program hilirisasi atau transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke industri berbasis nilai tambah itu bisa berjalan sesuau harapan. Intinya kita mesti fokus pada hilirisasi industri tersebut,” ujar Yukki melalui keterangan pers-nya pada Rabu (1/12/2021).

Dia mengatakan, industri padat karya yang berorientasi ekspor termasuk industri farmasi dan alat kesehatan, elektronik maupun otomotif perlu terus dipacu. Selain itu, menyangkut energi khususnya yang berkaitan dengan energi baru dan terbarukan, infrastruktur dan pertambangan yang memiliki nilai tambah, juga harus terus menerus mendapat perhatian.

Yukki mengungkapkan, berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Kordinasi Penamanam Modal (BKPM) bahwa target investasi tahun 2020 s/d 2024 mencapai Rp.4.983,2 Triliun, atau tumbuh 47,3% jika dibandingkan dengan total realisasi pada tahun 2015-2019 mencapai Rp.3.381,9 Triliun.

“Target itu bisa dicapai jika kita fokus dengan program hilirisasi industri, dan ini sejalan dengan yang dicanangkan Pemerintah RI ” ucapnya.

ALFI juga mengapresiasi upaya Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia dalam memacu investasi di Indonesia sekaligus dalam rangka percepatan hilirisasi Industri.

Berdasarkan data BKPM, imbuhnya, target investasi pada tahun 2021 mencapai Rp.900 Triliun, dan realisasi sepanjang Januari-September 2021 telah mencapai Rp.659 Triliun.

Yukki mengatakan, sepanjang 2008 – 2019, gejolak ekonomi dunia bersumber sumber dari sektor keuangan, energi, maupun perdagangan. Krisis-krisis tersebut tak begitu nyata menekan sisi permintaan dan penawaran (supply and demand).

Namun, imbuhnya, sejak munculnya Covid-19 yang bersumber dari sektor kesehatan telah melumpuhkan ekonomi karena menekan kinerja sisi supply and demand.

“Kondisi tersebut semakin parah, karena perekonomian dunia belum berpengalaman menangani covid-19,” papar Yukki.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan pemerintah optimistis implementasi kebijakan hilirisasi industri akan menjaga kekuatan perekonomian nasional, sehingga tidak mudah terombang-ambing di tengah fluktuasi harga komoditas dan tidak tergantung pada sumber luar.

Menperin menilai, urgensi mempercepat hilirisasi kian terasa dengan hadirnya pandemi Covid-19 yang kini telah mendisrupsi global chain.(*)

Optimistis, Industri Logistik bakal Tumbuh di 2022

ALFIJAK- Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyatakan, industri logistik nasional masih memiliki optimisme dengan pertumbuhan bisnis sektor tersebut pada tahun 2022.

Ketua Umum DPP  ALFI Yukki Nugrahawan mengatakan, oleh sebab itu diperlukan upaya kreativitas yang dimiliki para pengusaha offline, online atau gabungan keduanya untuk menyesuaikan kebutuhan market.

“Untuk itu, logistik siap untuk terus berbenah ke depan dengan situasi yang terus berubah. Kami juga sepakat dengan positivisme yang digaungkan industri e-commerce nasional,” ujar Yukki melalui keterangannya pada Sabtu (27/11).

Dia memgemukakan berdasarkan laporan eConomy Sea tahun 2020, memprediksikan bahwa pertumbuhan digital ekonomi Indonesia akan mencapai Rp.1.736 triliun ditahun 2025. Oleh karena itu industri eCommerce akan menjadi salah satu motor penggerak perekonomian digital di Indonesia.

Sayangnya, berdasarkan laporan itu, Indonesia hingga saat ini masih kekurangan talenta-talenta digital salah satu kunci terjadinya transformasi digital. Hal tersebut mendorong Pemerintah Indonesia untuk terus menciptakan talenta-talenta tersebut.

“Semua pihak menginginkan yang lebih baik dan lebih efisien. Saya yakin, industri logistik di 2022 akan mengalami pertumbuhan,” tutur Yukki.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyebutkan bahwa n<span;>ilai ekonomi digital Indonesia menjadi yang terbesar di ASEAN tahun 2020. Bahkan Menko Perekonomian Tahun ini jumlahnya diprediksi naik 49 persen dari USD 47 miliar menjadi USD 70 miliar.

“Pertumbuhan ini didukung oleh jumlah usia produktif di Indonesia dan penetrasi internet yang mencapai 202,6 juta atau 76,8 persen. Pandemi Covid-19 juga telah mendorong akselerasi adaptasi teknologi digital pada berbagai lini,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto saat membuka Webbinar Indonesia Digital Conference (IDC) Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) 2021.(*)

Membidik Peluang Bisnis Logistik di Asia Pasifik & Fokus Digitalisasi

JAKARTA– Peluang bisnis logistik di kawasan Asia Pasifik saat ini  mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pelaku logistik nasional.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, upaya tersebut d<span;>apat dilakukan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang bukan saja lewat program pemerintahan antarpulau, melainkan sektor ekspor dan impor..

“Alasan pemilihan kawasan Asia Pasifik dikarenakan kawasan tersebut merupakan salah satu yang cepat pulih dari krisis akibat pandemi Covid-19. Asia pasifik adalah kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat secara global. Pasar logistik di Asia Pasifik diperkirakan mencapai US$130,18 miliar per tahun dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 6 persen,” katanya saat Rakernas ALFI yang digelar secara hybrid, pada Rabu (27/10/2021).

Rakernas ALFI itu dibuka Menhub Budi Karya Sumadi dengan mengangkat tema Menangkap Peluang Bisnis di Asia Pasifik di Era New Opportunity.

Yukki mengatakan akan memacu seluruh perusahaan logistik nasional dapat meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dan kinerja usahanya.

Dengan begitu, para pelaku bisnis tersebut diharapkan mampu bersaing di dalam negeri maupun ditingkat global. Pada era kesempatan baru ini, lanjutnya, usaha logistik nasional harus bisa menangkap peluang bisnis yang ada.

“ALFI akan terus mendorong para pelaku jasa logistik nasional untuk siap meningkatkan new opportunity melalui adaptasi, inovasi, kolaborasi dan peningkatan SDM-nya,” ucapnya.

Yukki juga mengungkapkan kinerja logistik nasional akan semakin meningkat dimasa mendatang dengan adanya implementasi National Logistic Ecosystem [NLE] yang akan juga membuat proses delivery order atau DO kegiatan ekspor impor akan semakin cepat.

Dia bahkan menyebutkan saat ini biaya logistik nasional telah mengalami penurunan. Dalam perhitungan yang dibuat ALFI, imbuhnya, biaya logistik sudah turun ke angka 21,3% dari produk domestik bruto (PDB). Sebelumnya, disebutkan biaya logistik nasional di kisaran 23-24% dari PDB.

“Kalau kita bicara mengenai biaya logistik, saya yakin Indonesia sudah jauh lebih baik. Menurut perhitungan kami adalah 21,3%,” ucap Yukki.

Pesan Menhub

Pada keaempatan itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengajak para pelaku logistik dan forwarder untuk menangkap peluang baru guna mendorong pertumbuhan logistik nasional di tengah pandemi Covid-19.

Menhub mengatakan, mencermati kondisi global saat ini, investasi sektor logistik dan industri di Asia Pasifik berpeluang besar untuk terus berkembang.

“Terlebih lagi dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Kondisi ini menjadi momentum yang dapat dimanfaatkan para pelaku bisnis untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke wilayah Asia Pasifik. Salah satu peluang baru yang mengemuka adalah distribusi produk kesehatan. Selain menjadi kebutuhan, juga menjadi pemicu dalam kegiatan ekonomi,” kata Menhub.

Menhub mengungkapkan, pemulihan ekonomi nasional terus membaik dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren positif hingga kuartal ketiga tahun 2021. Jadi meski masa pandemi ini berdampak pada semua sektor, namun industri jasa logistik yang berkaitan dengan transaksi bisnis to customer, customer to customer masih dapat bertahan.

“Distribusi komoditas justru mengalami peningkatan di masa pandemi hingga 70 persen dengan posisi angkutan barang sebanyak 35,8 juta,” ungkap Menhub.

Lebih lanjut Menhub menjelaskan, upaya pemerintah terhadap perbaikan kinerja logistik nasional telah membuahkan hasil. Indeks kinerja logistik Indonesia meningkat dari peringkat 63 pada tahun 2016 menjadi peringkat 46 pada tahun 2018, dengan indeks LPI mencapai 3,15, atau menjadi yang tertinggi selama 10 tahun terakhir.

“Namun capaian ini masih harus terus ditingkatkan dengan memanfaatkan peluang-peluang baru, percepatan dan pemerataan konektivitas infrastruktur transportasi, serta peningkatan kualitas SDM transportasi, yang dapat mendorong upaya alih teknologi dan lahirnya ekonomi kreatif, serta perbaikan dan penataan ekosistem. Untuk mewujudkan ini, tentunya membutuhkan sinergi bersama,” jelas Menhub.

Menhub menyampaikan bahwa ALFI/ILFA selaku organisasi yang menaungi pelaku usaha logistik dan forwarder Indonesia, memiliki peran penting untuk menjembatani kepentingan para anggotanya dan juga menjadi mitra pemerintah dalam rangka mewujudkan logistik nasional yang kompetitif dan berdaya saing.

Keberadaan ALFI/ILFA diharapkan mampu berperan, berkolaborasi, dan bersinergi dengan pemerintah, dalam membuka peluang-peluang baru, menciptakan iklim usaha yang kompetitif, dan melakukan sejumlah perbaikan pada sektor pergudangan dan manufaktur, yang dapat meningkatkan kepercayaan para pengguna jasa layanan logistik,” tutur Menhub.(*)

Usaha Logistik Nasional Didorong Masuki Era New Oppurtunity

ALFIJAK- Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memacu seluruh perusahaan logistik nasional  dapat meningkatkan kompetensi SDM dan kinerja usahanya sehingga mampu bersaing di dalam negeri maupun ditingkat global.

Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, di era new opportunity saat ini, usaha logistik nasional mesti bisa menangkap peluang bisnis yang ada.

“Oleh karenanya ALFI akan terus memberikan edukasi bagaimana menangkap peluang-peluang tersebut serta mendorong usaha logistik nasional mampu berkiprah di mancanegara,” ujar Yukki, Minggu (24/10/2021).

Bahkan, imbuhnya, dalam rapat kerja nasional (Rakernas) ALFI/ILFA 2021 yang akan dilaksanakan pada Rabu (27 Oktober 2021), ALFI telah mencanangkan tema Rakernas “Menangkap Peluang Bisnis di Asia Pasifik di Era New Opportunity”.

Dengan tema tersebut, ujar Yukki, ALFI akan terus mendorong para pelaku jasa logistik nasional untuk siap meningkatkan new opportunity melalui adaptasi, inovasi, kolaborasi dan peningkatan sumber daya manusia (SDM)-nya.

Rencananya Rakernas akan diikuti DPW dan DPC seluruh Indonesia maupun undangan pada saat pembukaan tersebut, akan menghadirkan tiga pembicara kunci (keynote spech) yakni Menhub Budi Karya Sumadi, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Menteri Investasi/Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadala.

Dalam pembukaan acara Rakernas secara virtual itu juga akan menghadirkan pembicara Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid dan Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi. Kemudian menampilkan pembahas yakni Kepala Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Indonesia, Akbar Djohan serta Dirut PT Berdikari Logistik Indonesia, Iman Gandi.

Yukki menegaskan kinerja layanan logistik yang semakin efisien saat ini turut mendongkrak tumbuhnya aktivitas ekspor impor RI. Pertumbuhan tersebut juga ditopang kian efisiennya layanan ekspor impor di pelabuhan-pelabuhan utama maupun bandar udara (Bandara) di Indonesia.

Dia berharap kondisi seperti ini bisa terus berlangsung sehingga target pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai Pemerintah pada tahun ini bisa terwujud.

Yukki juga menegaskan bahwa kinerja logistik nasional akan semakin meningkat dimasa mendatang dengan adanya Implementasi National Logistic Ecosystem (NLE) yang akan juga membuat proses delivery order atau DO kegiatan ekspor impor akan semakin cepat.

Yukki mengatakan ALFI berkomitmen terus mendukung sepenuhnya implementasi NLE karena dengan platform logistik terpadu seperti itu semua layanan proses bisnis logistik ekspor impor dapat terintegrasi dengan semua pihak terkait.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari-September 2021, nilai ekspor total Indonesia sebesar US$164,29 miliar yang disumbang ekspor nonmigas sebanyak 94,63 persen dengan kontribusi terbesar dari industri pengolahan (77,73 persen), diikuti pertambangan (15,08 persen) serta pertanian, kehutanan, dan perikanan (1,82 persen).

Pada periode itu, nilai impor total sebesar US$139,22 miliar dengan sumbangan terbesar dari bahan baku/penolong (75,50 persen) diikuti barang modal (14,37 persen) dan konsumsi (10,13 persen).

“Pertumbuhan pada ekspor impor tersebut juga otomatis mendorong kinerja sektor logistik nasional,” ujar Yukki.(*)