ALFIJAK– Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mendesak Pelindo segera merealisasikan revitalisasi fasilitas eks terminal 2 Jakarta International Container Terminal (JICT-2) di Pelabuhan Tanjung Priok, untuk optimalisasi layanan peti kemas domestik, menambah kapasitas terpasang, dan kelancaran arus barang dan logistik.
Ketua DPW ALFI DKI Jakarta, Adil Karim mengemukakan, fasilitas eks JICT-2 yang sudah idle selama lebih 6 tahun itu idealnya bisa difungsikan dan dimanfaatkan untuk kegiatan bongkar muat peti kemas domestik yang pergerakan pertumbuhannya cukup signifikan setiap tahunnya di pelabuhan Priok.
“Optimalisasi fasilitas eks JICT-2 itu sekaligus dalam rangka menyiapkan terminal khusus domestik yang lebih representatif di pelabuhan Priok, dengan pengelolaan yang lebih profesional (dedicated) guna memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasa,” ujar Adil Karim.
Adil mengatakan, sangat memungkinkan jika fasilitas eks JICT-2 itu dioptimalkan guna melayani kegiatan pengapalan dan bongkar muat kontener domestik/antar pulau yang saat ini belum memdapat perhatian serius dari operator pelabuhan.
ALFI DKI, imbuhnya, juga mengingatkan supaya Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok dapat mendorong Pelindo untuk segera merevitalisasi fasilitas eks JICT-2 yang selama ini tidak termanfaatkan secara komersial atau idle tersebut.
“Pelabuhan Tanjung Priok jangan hanya fokus pada layanan kapal dan bongkar muat kontener internasional. Tetapi layanan kontener domestik juga mestinya mendapat perhatian yang sama. Apalagi saat ini potensi domestik sangat besar, ” ucap Adil.
Isue Global
Adil Karim mengatakan besarnya potensi domestik diharapkan menjadi tumpuan dari terpaan isue resesi global tahun depan dan diharapkan tidak terlalu berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang investasi, perdagangan domestik, konsusmsi dan daya beli dalam negeri bisa terjaga.
“Potensi domestik kita itu sangat besar, hal inilah yang kami yakini kita bisa tetap survive di tengah isu resesi global tahun depan. Tetapi kita tidak boleh lengah, tetap harus hati-hati,” ujar Adil Karim.
Dia juga mengatakan, untuk bisa survive, berbagai program yang telah dijalankan Pemerintah seperti peningkatan keberadaan industri kecil dan menengah (IKM) serta hilirasi industri mesti terus dilakukan.
Hilirisasi, imbuh Adil, merupakan suatu strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang kita miliki. Dengan adanya hilirisasi, kedepannya komoditas yang diekspor bukan lagi berupa bahan baku, tetapi berupa barang setengah jadi atau barang jadi.
“Jadi pemerintah mesti memaksimalkan pertumbuhan ekonomi domestik dan konsisten dalam kebijakannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri, termasuk soal hilirisasi industri itu,” ucap Adil.
Rencana Pelindo
Sebelumnya, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menyatakan akan merevitalisasi fungsi fasilitas eks terminal 2-Jakarta International Container Terminal (JICT-2) di kawasan pabean pelabuhan Tanjung Priok.
Dirut Pelindo Arif Suhartono mengatakan, revitalisasi fasilitas tersebut dengan melakukan perbaikan container yard serta pendalaman kolam dermaga eks JICT-2 dari sebelumnya -9 meter low water spring (LWs) menjadi -12 meter LWs.
“Proses itu (memperdalam) dermaga eks JICT-2 akan kita lakukan. Dan nantinya tetap peruntukkan fasilitas terminal tersebut untuk layanan kontainer,” ujarnya.
Kendati begitu, Dirut Pelindo belum bersedia memastikan apakah peruntukkan eks JICT-2 itu nantinya untuk layanan kontainer ocean going (ekspor impor) atau antarpulau (domestik) lantaran saat ini juga sedang dilakukan pengembangan new priok container terminal (NPCT) atau NPCT-2 guna menambah kapasitas layanan kontainer ocean going.
“Yang jelas kita arahnya akan proses perbaikan eks JICT-2, namun untuk domestik atau internasional kita lihat nanti, belum kita putuskan,” tegas Arif.
Sebagaimana diketahui, saat ini terdapat lima fasilitas terminal kontainer yang melayani ekspor impor di pelabuhan Tanjung Priok yakni, JICT, TPK Koja, NPCT-1, Teminal MAL (NPH) dan Terminal 3 Pabuhan Tanjung Priok.(*)