IMLOW Minta Importir Limbah Ditindak

ALFIJAK – Pemerintah perlu mengambil tindakan tegas terkait mangkraknya importasi ribuan kontainer berisi limbah plastik yang diduga mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3) di pelabuhan Tanjung Priok.

Indonesia Maritime Transportation and Logistic Watch (IMLOW) menyatakan perusahaan importir yang melakukan importasi itu harus bertanggung jawab, supaya jangan sampai kontainer-kontainer bermasalah tersebut di abandon (terlantarkan) oleh pemiliknya.

Sekjen IMLOW, Achmad Ridwan Tento mengatakan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) agar mengirimkan surat ke Kemenkumham dalam hal ini Dirjen Imigrasi, supaya para direksi Perusahaan Importir yang terlibat importasi limbah plastik itu dicekal untuk bepergian keluar negeri.

“Untuk menghindari terjadinya abandon, Importirnya harus segera dicekal utk pergi keluar negeri. Sebab bila peti kemas limbah plastik ini di abandon maka siapa yang bertanggung jawab untuk mereekspornya,” ujar Ridwan melalui keterangan persnya pada Jumat (24/1/2020).

Hingga saat ini, importasi ribuan kontainer limbah plastik diduga mengandung B3 masih mangkrak di wilayah pabean pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.

Berdasarkan data Ditjen Bea dan Cukai, di Pelabuhan Tanjung Priok, masih terdapat 1.024 bok kontainer impor yang diduga berisi limbah plastik tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 14 kontainer memenuhi syarat, 2 kontainer telah di reekspor oleh PT PDPM, sementara 1.008 kontainer belum diajukan pemberitahuan pabeannya.

Kontainer-kontainer limbah plastik itu masuk dari berbagai negara antara lain; Australia, Belgia, Perancis, Jerman, Yunani, Belanda, Slovenia, Amerika Serikat, Selandia Baru, HongKong, dan United Kingdom.

Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, juga telah menginstruksikan kepada tiga importirnya untuk menyelesaikan pengurusan dokumen kepabeanan dan kewajibannya terhadap ribuan kontainer impor berisi limbah plastik diduga mengandung B3 yang hingga kini masih menumpuk di pelabuhan Priok.

Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, Jece Julita Piris mengatakan, instansinya telah memanggil tiga perusahaan importir pemilik kontainer bermasalah tersebut.

Ketiga importir itu yakni; PT New Harvestindo International, PT Harvestindo International, dan PT Advance Recycle Tecnology.

Sidak DPR

Sementara itu, pada Kamis (23/1/2020), pimpinan dan anggota Komisi IV DPR RI, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Perdagangan dan Bea Cukai melakukan sidak di lokasi kontainer berisi limbah sampah impor itu.

Sempat terjadi perdebatan antara rombongan dan perwakilan pemilik kontainer impor itu lantaran perwakilan menyebutkan barang tersebut bukanlah sampah melainkan bahan baku yang akan didaur ulang menjadi plastik.

“Orang juga sudah tahu ini bukan bahan baku, tapi sampah. Ini masih tampak luar, bagaimana kalau di bagian dalam ada limbah medis atau berbahaya lainnya,” kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi yang juga kepala rombongan, Kamis (23/1).

Komisi IV DPR juga meminta agar kontainer-kontainer impor diduga bermasalah itu segera di reekspor, serta memperbaiki aturan perdagangannya (Permendag) serta evaluasi kerja lembaga surveyor yang terlibat.(sumber: beritakapal.com)

ALFI Dorong Optimalisasi Pelabuhan Benoa Bali

ALFIJAK : ALFI Bali telah mengambil inisiatif mengundang stakeholder dan pemerintah dalam upaya mengatasi kepadatan lalu lintas (lalin) rute Gilimanuk-Denpasar.

Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Bali, AA. Bayu Joni Kamis (23/1) mengatakan kepadatan lalin ini dengan mengoptimalisasi pelabuhan Benoa tanpa menganggu kelancaran ekspor barang.

Bayu Joni menyampaikan Bali mendukung upaya pemerintah untuk mengatasi kepadatan lalu lintas. Ini guna mengurangi kecelakaan, kerusakan jalan khusus angkutan Over dimension Over Load dapat dialihkan via laut.

Wakil Ketua Umum Kadin Bali Bidang Logistik dan Forwarding ini menjelaskan optimalisasi transportasi laut dengan mempersiapkan Pelabuhan Benoa berdaya saing dan lancar.  “Angkutan ekspor perlu dipertimbangkan karena terkait dengan konektif vesel dan penyumbang devisa, serta barang kerajinan UMKM  Bali,” jelas  AA. Bayu Joni.

Wakil Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Logistik & Forwonder Indonesia ALFI-ILFA Bali, Rudy Siregar mengatakan ALFI terus mendorong Pelabuhan Benoa menjadi pelabuhan memberi harapan besar penopang pengembangan industri kreatif di Bali. Selain menentukan persaingan nilai jual produk industri lokal penopang sektor pariwisata, ketersedian Pelabuhan Ekspor-Impor akan mempercepat pengiriman produk ekspor ke negara pasar.

Menurutnya, Bali sebagai tujuan wisata dunia memiliki potensi produk kerajinan dan perikanan. Produksi industri di Bali cukup besar untuk penopang sektor pariwisata.

Sektor pariwisata Bali bahkan dijadikan tempat pemasaran produk kerajinan dari provinsi lain di Indonesia.  “Bali mampu menjadi etalase berbagai produk indonesia untuk di ekspor ke luar negeri,” ucapnya.

Rudy Siregar memaparkan untuk meningkatkan daya saing produk tersebut, harus diikuti dengan biaya logistik yang ekonomis dan efisien. Ini dengan harapan  biaya ekspor dan impor dari dan ke luar negeri yang dapat ditekan.

Dengan demikian, ini akan mampu mendorong persaingan produk industri dari Bali  dengan produk industri negara lain. Daya saing meningkatkan, harapan Pemprov Bali dan pemerintah pusat untuk peningkatan ekspor bisa dicapai secara maksimal.

Ketika pelabuhan Benoa bisa dimaksimalkan,  pengusaha logistik di Bali tentu akan bergairah. Ini karena akan dapat menangani proses angkutan kargo logistik secara keseluruhan. “Oleh sebab itu, kami berharap pemerintah dan pihak regulator untuk mendorong terwujudnya rencana tersebut,” tegas Rudy Siregar.(sumber: bisnisbali.com)